Obrolan Warteg: Rakyat Miskin Penyumbang Cukai

Senin 07 Nov 2022, 07:30 WIB

KONSUMSI rokok berada di posisi kedua tertinggi setelah beras. Melebihi konsumsi protein seperti telur, ayam, tahu dan tempe. Begitu kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

“Pantas pemilik pabrik rokok makin kaya, masuk jajaran orang-orang terkaya di Indonesia,” kata mas Bro mengawali obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya, Yudi dan Heri.

“Tak heran meski harga naik akibat cukai rokok naik, omset penjualan terus meningkat. Artinya konsumen rokok, tak berkurang,” tambah Heri.

Seperti PT HM Sampoerna Tbk, selama 9 bulan terakhir (Januari – September  2022) telah menjual 65,6 miliar batang dengan pendapatan bersih sebesar Rp 83,4 triliun.

Keuntungan naik 15 persen. Boleh jadi keuntungan kian meningkat, jika harga dinaikkan menyusul kenaikan cukai rokok tahun depan sebesar 10 persen, meski volume penjualan tetap.

“Berarti kalian yang perokok, ikut menyumbang keuntungan pabrik rokok,” kata Yudi menimpali.

“Bukan cuma menyumbang keuntungan produsen rokok, juga penyumbang terbesar cukai rokok,” kata mas Bro.

“Kok terbesar? “ tanya Heri.

“Pemerintah mendapatkan cukai rokok karena ada pembeli. Makin banyak perokok, banyak pembeli, kian banyak mendapatkan cukai,” kata mas Bro.

Di sisi lain, konsumen rokok di rumah tangga miskin perkotaan mencapai 12,21 persen, sedangkan masyarakat miskin pedesaan 11,36 persen. Total 23,57 persen penyumbang cukai rokok di negeri kita yang setiap tahunnya mencapai Rp 200 triliun adalah rakyat miskin. Jadi rakyat miskin menjadi penyumbang cukai terbesar.

“Cukup besar hampir 50 triliun. Coba kalau uang tersebut dibelikan beras dan telur untuk menambah gizi rakyat miskin” kata mas Bro.

Berita Terkait
News Update