ADVERTISEMENT

Pengamat Ini Optimistis Indonesia Tidak akan Masuk ke Jurang Resesi pada 2023 karena Punya Fondasi Ekonomi Kuat

Minggu, 30 Oktober 2022 05:35 WIB

Share
Ilustrasi Resesi (foto/ist)
Ilustrasi Resesi (foto/ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat ekonomi Poltak Hotradero optimistis Indonesia tidak akan masuk ke dalam jurang resesi pada 2023 karena punya fondasi ekonomi yang kuat.

"Saya berani mengatakan ketika orang berkata akan terjadi resesi global, Indonesia mungkin ada pelambatan, tapi saya cukup besar punya keyakinan bahwa Indonesia tidak sampai masuk ke dalam resesi," jelas Poltak dalam keterangan yang diterima Poskota, Jumat, (28/10/2022).

Poltak yang juga Peneliti Senior dan Ekonom Bursa Efek Indonesia, mengatakan kekuatan fondasi ekonomi ini salah satunya terletak dari sisi konsumsi rumah tangga yang mampu meliputi 51 persen dari total ekonomi Indonesia.

Ia menjelaskan sepanjang sejarah konsumsi rumah tangga di Indonesia rata-rata mampu tumbuh 4-5 persen secara konsisten.

Menurut Poltak, jika setengah dari ekonomi saja tumbuh 4-5 persen, maka sebenarnya pertumbuhan ekonomi sebesar dua persen itu sudah pasti mampu diraih Indonesia.

Belum lagi, didukung oleh komponen lain seperti belanja pemerintah yang tidak mungkin negatif serta komponen investasi yang juga pasti positif.

"Investasi pasti positif meski foreign direct investment (FDI) negatif, tapi domestic direct investment-nya positif," ujar Poltak.

Sementara itu, Indonesia juga masih mempunyai komponen pendukung pertumbuhan lainnya yaitu ekspor dan impor yang jika Indonesia mengalami pelambatan, maka impor turun, namun ekspor tetap bisa mendukung.

"Kalaupun Indonesia mengalami pelambatan ekonomi, maka sebenarnya posisi perdagangan ekspor dikurangi impor itu masih kecenderungannya positif," tegasnya.
 
Poltak menuturkan hanya ada dua faktor yang bisa membuat Indonesia resesi yakni pertama adalah krisis 1998 ketika terjadi inflasi tinggi akibat fenomena El Nino, sehingga terdapat kekeringan cukup panjang yang menyebabkan harga beras naik tiga kali lipat.

Pada saat yang sama, Indonesia pada 1998 turut mempunyai masalah yaitu kualitas perbankan yang sangat buruk, sehingga membuat inflasi tidak terhingga dan daya beli masyarakat hancur.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT