Jelang Pilpres 2024, Pengamat Politik Nilai Duet Airlangga-Ganjar Tidak Mempunyai Hambatan Berat

Jumat 21 Okt 2022, 18:20 WIB
Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo. (foto: ist)

Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo. (foto: ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Jelang Pilpres 2024, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menyatakan akan mengusung pasangan capres dan cawapres pada babak akhir. 

Belakangan, justru santer wacana pengusungan Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto oleh KIB berdasarkan hasil positif sejumlah survei jika keduanya berpasangan.

Namun, pasangan ini dinilai kurang merepresentasikan suara muslim.

Pakar komunikasi publik dan pemasaran politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad menyorot hal tersebut.

Menurutnya, pasangan Ganjar-Airlangga yang dipandang terlalu condong mewakilkan kelompok nasionalis juga merepresentasikan suara-suara massa muslim.

"Menurut saya, figur-figur seperti Pak Ganjar, Pak Airlangga kalau dilihat keduanya dari representasi partai yang identitas ideologinya kental nasionalis, tetapi kalau kita lihat tidak bisa dengan kategori itu saja," ujar Nyarwi di Jakarta, Jumat, (21/10/2022).

Sebab faktanya, lanjut Nyarwi, hampir semua partai bernuansa nasionalis juga memiliki arah untuk mengakomodasi kelompok Islam dengan membentuk organisasi sayap.

"Partai-partai pasca-reformasi, bahkan partai nasionalis, bahkan sejak Orde Baru berusaha untuk merepresentasikan komunitas Islam, sehingga hampir di setiap partai punya sayap Islam. Cuma sering kali ini tidak dipandang sebagai bentuk representasi umat Islam," tuturnya.

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu juga menggarisbawahi bahwa capres dan cawapres yang diusung dalam pilpres tidak harus merepresentasikan kelompok tertentu.

"Sebenarnya tidak ada ketentuan dalam sejarah republik bahwa capres-cawapres harus merepresentasikan kelompok, kategori partai nasionalis dan Islam, tidak ada," katanya.

"Tapi ada semacam konsensus nasional bahwa sosok profil figur rata-rata ya memang tidak hanya kategori nasionalis, karena juga karena mayoritas pemilih muslim biasanya kan ada kepantasan sosok yang mewakili Islam. Itu dianggap penting," tambah Nyarwi.

Berita Terkait
News Update