ADVERTISEMENT

Kisah Kelam Masjid Jakarta Islamic Centre, Dari Sarang Prostitusi Terbesar se-Asean hingga Jadi Pusat Ibadah

Rabu, 19 Oktober 2022 18:38 WIB

Share
Masjid Raya Jakarta Islamic Centre di Koja, Jakarta Utara. (foto: poskota/cahyono)
Masjid Raya Jakarta Islamic Centre di Koja, Jakarta Utara. (foto: poskota/cahyono)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Masjid Raya Jakarta Islamic Centre (JIC) di Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, ternyata menyimpan kisah masa lalu yang cukup kelam.

Mungkin bagi sebagian anak yang lahir pada era milenial tak mengetahui bila di lahan berdirinya Masjid Raya yang sangat megah, dulunya bekas lokalisasi prostitusi terbesar se-Asia Tenggara, yang dikenal dengan sebutan Kramat Tunggak.

Dahulu, sebelum dijadikan lokalisasi prostitusi Kramat Tunggak, lokasi tersebut merupakan lahan rawa-rawa di pinggiran Jakarta yang lazim disebut orang pada masanya sebagai "tempat jin buang anak".

Namun, pada 1970 pada era Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, lahan rawa-rawa tersebut dijadikan tempat lokalisasi bagi para pekerja seks komersial (PSK).

Kepala Sub Divisi Informasi Komunikasi Jakarta Islamic Centre, Paimun Abdul Karim menuturkan, awal mula lahan tak terurus itu dijadikan tempat lokalisasi prostitusi, atas keresahan Gubernur Ali Sadikin. Pasalnya, pada 1960 hingga periode 1970-an, sangat marak praktik prostitusi di jalanan.

Gubernur Ali Sadikin kemudian melakukan studi banding ke Bangkok, Thailand, untuk belajar bagaimana cara menertibkan masalah sosial tersebut.

Sepulang dari Bangkok, Gubernur Ali Sadikin mendapat ilmu bagaimana menempatkan para wanita tuna susila (WTS) agar tak bertebaran di jalanan.

Akhirnya, pada 1970, Gubernur Ali Sadikin melakukan operasi besar-besaran untuk menertibkan para WTS yang berserakan di pinggir jalan. Kemudian, Ali Sadikin mejadikan Kramat Tunggak sebagai tempat penampungan sementara para wanita malam untuk dibina dan kemudian dikembalikan ke tengah masyarakat.

Saat itu tercatat ada 300 PSK dan 58 germo yang ditertibkan ke kawasan Kramat Tunggak.

"Mereka itu ketika dipindahkan dibuatkan rumah, rumah bedeng. Kayak kompleks perumahan. Ada tempat parkirnya, jadi nggak sembarangan ada desainnya gitu," kata Paimun pada Poskota.co.id.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT