POLITIK itu penuh sandiwara. Adakalanya ia berperan antagonis, kadang pula jadi protagonis. Lima tahun lalu, Partai Nasdem adalah antitesa Anies Baswedan. Sekarang, Nasdem adalah partai pertama yang mengusung Anies sebagai calon presiden (Capres) untuk Pemilu 2024.
Keputusan Nasdem itu memaksa Presiden Jokowi mengubah skenario. Alur cerita sandiwara politiknya pun akan berubah. Nasdem terancam didepak dari Koalisi Jokowi.
"Mas Bro, Presiden Jokowi kabarnya akan reshuffle kabinet lagi," kata Yudhi.
"Denger-denger sih begitu. Katanya, gegara Partai Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan jadi Capres," timpal Arief.
Reshuffle kabinet memang hak prerogatif presiden. Karena itu, Presiden Jokowi kapan saja dapat mereshuffle kabinet sesuai kebutuhan dan sesuai kemauannya.
"Kabarnya, ada tiga menteri dari Partai Nasdem yang bakal diganti. Lowongan nih, kita ajuin lamaran yuk!," lanjut Arief.
"Emang kita layak jadi menteri?" timpalnya.
"Layak atau tidak kita jadi menteri, itu tergantung Pak Jokowi," jawabnya.
Setiap Jokowi melakukan reshuffle kabinet, pasti memunculkan perdebatan. Tetap ada plus minusnya. Bila Jokowi mereshuffle menteri dari Partai Nasdem, sudah pasti akan memunculkan kegaduhan opini di ruang publik.
Jokowi tentunya sudah paham itu. Apalagi melihat peran Partai Nasdem terhadap duduknya Jokowi menjadi presiden yang tidak kecil, tentu akan menambah besarnya kegaduhan opini di ruang publik.
Namun untuk kepentingan demokrasi, Jokowi memang lebih baik mereshuffle tiga menteri dari Partai Nasdem. Kalau hal itu terjadi, maka kekuatan oposisi akan bertambah.