JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Musim hujan telah tiba, hampir setiap tahun kawasan Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur menjadi kawasan langganan banjir di setiap datangnya musim penghujan.
Namun, alih-alih takut akan teror air kiriman dari Bogor, mereka (warga Kebon Pala RW 007 dan 008) menanggapi peristiwa ini dengan santai lantaran sudah terbiasa.
Bahkan, beberapa bangunan rumah yang ada di kawasan tersebut seperti sudah didesain untuk menghadapi banjir yang jadi tamu dikala musim penghujan tiba.
Tak hanya itu, pasca banjir pun para warga memang sudah memiliki pemikiran yang sama untuk bagaimana saling bergotong royong membersihkan lingkungan dari bekas endapan lumpur yang dibawa oleh air banjir.
Okta (36) misalnya, warga RT 005 RW 007 Kebon Pala ini mengatakan alasannya betah tinggal di Kebon Pala meski kawasan tersebut kerap dihantui kebanjiran dikala datangnya musim penghujan.
"Kalau ditanya betah kenapa, ya karena mungkin dari lahir udah di sini ya. Kalau dibilang banjir, dari saya kecil sampai sekarang punya keluarga juga udah banjir di sini mah. Jadi nganggep biasa aja sih," kata dia saat ditemui Poskota.co.id di lokasi.
Menurutnya, peristiwa banjir yang acapkali melanda di wilayahnya itu, jangan hanya dipandang sebagai sesuatu yang negatif.
Sebab, ujar dia, dalam sebuah peristiwa tentu selalu ada hikmah yang bisa dipetik.
"Kalau kita mandangnta cuma negatif aja ya selamanya bakal anggep ini (banjir) sebagai musibah. Coba kalau kita ambil hikmahnya, warga sehabis banjir udah kayak keluarga semua, saling bantu bersih-bersih, makan bareng, pokoknya susah senang bersama lah," papar dia.
Dia menyebut, dikala banjir menyusut, para warga di Kebon Pala akan mendapat obat paling mujarab dalam memaknai hidup, yakni jalinan kekerabatan antar warga akan semakin erat dan menguat karena satu suka dan duka.
"Ya jadi semakin erat aja gitu antar warga, semuanya saling bantu bersih-bersih rumah, mushala, pokoknya jadi merasa senang aja sih, apalagi habis kita kerja bakti gini makan nasi liwet bareng, nikmat mana lagi yang kau dustakan," paparnya.
"Kalau ditanya mau atau enggak direlokasi, saya sih enggak. Kenangan saya di sini gak akan tergantikan," sambung Okta.
Sementara itu berbeda dengan Okta, Mihram (33) warga RT 016 RW 007 mengatakan, meski dirinya tak terlalu dipusingkan oleh banjir yang kerap jadi musibah tahunan, ia tetap membuka keinginan untuk dapat direlokasi ke tempat yang lebih layak.
"Kalau saya mau aja kalau direlokasi, yang penting biaya ganti ruginya itu sepadan. Misalnya kalau di sini harganya 100 ya digantinya jangan 100 pas, bisa 120 atau lebih. Kan harga di tempat orang pasti beda sama di sini," katanya.
Menurutnya, pilihan rumah susun seperti misalnya yang diberikan kepada warga Kampung Pulo, mungkin bisa menjadi solusi yang baik.
Namun, lanjut dia, tetap harga dan tempat relokasi tidak berpindah jauh dari lokasi semula.
"Ya kalau dipindahnya misal dari sini ke Marunda mah kita gamau, kejauhan banget. Kan kasian yang kerjanya di sekitar sini kejauhan. Maksud saya direlokasi ke tempat yang sekitar sini aja," paparnya.
"Terus sih kalau bisa, kalau memang nanti kita bener direlokasi sama pemerintah ya kita cuma minta direlokasi bareng, maksudnya satu lokasi itu kalau bisa masih tetap warga sini, lingkungan sini. Kita di sini sudah kayak keluarga soalnya. Berat di kenangan sih," sambung Mirham.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta menyebut, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang melanda sebagian besar wilayah Jakarta, menyebabkan kenaikan status siaga Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada), Pos Pantau Sunter Hulu Siaga 3 (Waspada) dan Pintu Air Manggarai Siaga 3 (Waspada) serta genangan di beberapa titik di wilayah Jakarta.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPBD Jakarta hingga pada Kamis (13/10/2022) pukul 06.00 WIB pagi tadi, tercatat genangan yang sebelumnya terjadi di 13 RT, saat ini menjadi 25 RT atau bertambah 0,082 persen Dari 30.470 RT yang ada di wilayah Jakarta.
Dalam hal ini, Kepala BPBD Jakarta, Isnawa Wahyuadji mengatakan, bahwa BPBD Jakarta akan terus mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah.
"Kami juga mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan bersama dengan para Lurah dan Camat setempat. Sehingga genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar Isnawa.
Selain itu, dia juga mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sekitaran aliran sungai untuk tetap waspada dan berhati-hati akan potensi genangan yang terjadi.
"Dalam keadaan darurat, segera hubungi nomor telepon 112. Layanan ini gratis dan beroperasi selama 24 jam non-stop," pungkas Isnawa. (adam)