Dunia Penuh Ketidakpastian, Krisis Kali Ini Bisa Lebih Parah dari 98

Kamis 13 Okt 2022, 13:10 WIB
Mendag Zulkifli Hasan. (foto: ist)

Mendag Zulkifli Hasan. (foto: ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zuhas) mengatakan, dampak krisis kali ini bisa lebih parah dari krisis ekonomi tahun 1998.

Hal ini disampaikannya menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal 28 negara yang antre ke Dana Moneter Internasional (IMF).

Menurut Mendag, Saat ini ada 14 negara yang sudah masuk untuk mendapat pendanaan IMF. Sementara, 14 negara lainnya masih mengantre untuk hal yang sama.

Dia menekankan, bahwa dengan jumlah negara yang meminta bantuan pendanaan kepada IMF tersebut menandakan dunia sedang tidak baik-baik saja.

"Bapak Presiden selalu memberika arahan kepada kami, bahwa dunia ini enggak baik-baik saja, apa lagi sekarang, Bank Dunia, IMF mengoreksi pertumbuhan ekonomi, termasuk juga pasien IMF nambah sekarang, 14 yang sudah masuk, 14 antre, jadi 28," kata Mendag dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022.

Dirinya menilai, dengan jumlah sebanyak itu, dampak terhadap ekonomi akan lebih buruk daripada krisis 1998. Sebab, pada krisis 1998, hanya sekitar 5 negara yang meminta bantuan pendanaan ke IMF.

"(Tahun) 98 itu kalau enggak salah cuma 5-6 negara saja, dampaknya seperti itu, sekarang 28 negara, oleh karena itu memang tahun depan itu diperkirakan yang susah diprediksi apa yang akan terjadi ekonomi yang melambat, bahkan sudah beberpaa pengamat mengatakan akan resesi, dunia masuk di masa resesi," jelasnya. 

Tak hanya itu, Zulhas juga menyinggung soal perang Rusia-Ukraina yang tak kujung mereda.

Menurut dia, dampaknya bisa lebih buruk ke depannya, apalagi dengan adanya keterlibatan negara barat.

"Juga peperangan Rusia dan Ukraina yang tak bisa diprediksi. Ini sudah, dua negara ini sudah melibatkan barat dan menyangkut harga diri. Dikhawatirkan, semua negara mengkhawatirkan, kalau tak bisa tahan diri, khawatir terjadi pertama terjadi setelah hiroshima, nuklir pakai, apa pun dipakai," katanya. 

Zulhas mengatakan, dengan kondisi berbagai negara yang kesulitan, ditambah dengan imbas dari perang Rusia dan Ukraina, maka kondisi ke depan penuh ketidakpastian. 

News Update