Bongkar Kasus Pemalsuan Situs, Dua Mahasiswa Unair Jadi Pembicara di Markas FBI

Kamis 13 Okt 2022, 15:35 WIB
Dua Mahasiwa Unair jadi pembicara di markas FBI. (Foto/Dok. Unair)

Dua Mahasiwa Unair jadi pembicara di markas FBI. (Foto/Dok. Unair)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dua mahasiswa Universtas Airlangga Surabaya (Unair), Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu diundang menjadi pembicara di Markas Federal Bureau of Investigation (FBI). 

Kasus kejahatan pemalsuan DMV Website Scampage milik pemerintah Amerika Serikat oleh dua orang WNI sempat menghebohkan publik di Amerika Serikat. 

Pasalnya, dua pelaku secara sengaja memalsukan website dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika. 

Motif tindak kejahatan ini diduga untuk menyalahgunakan dana bantuan COVID-19 bagi warga negara Amerika dan menjualnya untuk mengeruk keuntungan pribadi.

Kasus yang menjadi perbincangan beberapa waktu lalu ini akhirnya berhasil dibongkar oleh dua mahasiswa Magister Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. 

Atas keberhasilannya, Eko dan Harianto secara resmi diundang oleh pemerintah Amerika Serikat ke Markas besar Federal Bureau Investigation (FBI), di Cleveland, Ohio. 

Pada kesempatan itu, keduanya menjelaskan tentang bagaimana teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website yang kini telah ditahan oleh pihak kepolisian.

“Kasus yang dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI (Federal Bureau of Investigation, Red) dan Polda Jawa Timur dengan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus, Red) ini menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta mengatakan bahwa data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana PUA (Pandemic Unemployment Assistance) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang,” jelas Eko dikutip dari laman resmi Unair, kamis (13/10/2022).

Melalui kejahatan ini, keduanya memperoleh informasi terkait data yang berhasil pelaku dapatkan sekitar 30 ribu data melalui percakapan Whatsapp dan Telegram.

Berita Terkait
News Update