Selain itu, iklim tropis di Indonesia secara umum tidak terlalu cocok untuk kedelai yang hanya tumbuh subur di daerah sub-tropis, misalnya di Amerika Serikat, salah satu produsen terbesar dan eksportir utama kedelai ke Indonesia.
Tidak hanya itu, pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebelumnya harga kedelai berkisar Rp10.000 per kilogram (kg), saat ini melambung hingga Rp13.000.
Kenaikan harga cukup signifikan tersebut membuat perajin tahu dan tempe di beberapa kota merangkak naik. Mereka terancam tak bisa berproduksi jika harga bahan baku tahu tempe tersebut tidak segera turun.
Dilain pihak, Kementerian Perdagangan memberikan subsidi sebesar Rp1.000 per kilogram untuk kedelai impor di pasar yang disalurkan melalui Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti), sebagai upaya membantu pengusaha tahu dan tempe tradisional.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya memberikan subsidi tersebut untuk mengintervensi tingginya harga kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe.
"Subsidi Rp1.000 tersebut dapat diperoleh para produsen tempe dan tahu melalui Kopti Subsidi ini diharapkan dapat meringankan beban produsen terkait tingginya harga kedelai impor saat ini," kata Zulkifli Hasan seusai memberikan kuliah umum di depan ribuan mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur, Kamis.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga kedelai per 26 September 2022 adalah Rp14.200 per kg, naik 14,51 persen dibandingkan harga kedelai pada 24 September 2021 senilai Rp12.400. (Wanto)