ADVERTISEMENT

Mantap! Program Vaksinasi Polda Metro Jaya, Jadi Studi Kasus Penelitian OECD

Rabu, 28 September 2022 23:31 WIB

Share
Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya jadi salah satu studi kasus yang diminta Kantor Pusat OECD (Organisasi Internasional Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) guna dipresentasikan dalam penelitian. (Bidhumas Polda Metro Jaya)
Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya jadi salah satu studi kasus yang diminta Kantor Pusat OECD (Organisasi Internasional Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) guna dipresentasikan dalam penelitian. (Bidhumas Polda Metro Jaya)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya, ternyata menjadi salah satu studi kasus yang diminta Kantor Pusat OECD (Organisasi Internasional Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) guna dipresentasikan dalam penelitian.

Kepala Posko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya, Komisaris Supriyanto mengatakan, hal ini dipilih oleh OECD dengan alasan, karena inovasi program vaksinasi merdeka yang menggunakan pendekatan komunikasi sosial, berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang dinilai sejalan dengan rekomendasi OECD untuk para pengambil kebijakan di seluruh dunia.

"Jadi, vaksinasi merdeka ini menekankan pada kekuatan partisipasi aktif publik, yang diawali dengan pendekatan persuasif Kepolisian melalui desain program yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan publik. Metode ini berhasil karena meninggalkan pendekatan Top Bottom menjadi Bottom Up, sehingga no one left behind,” kata Supriyanto kepada wartawan, Rabu (28/9/2022).

Sementara itu, Peneliti program Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan, meski Indonesia bukanlah negara produsen vaksin, namun Indonesia jadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan infeksi Covid-19 melalui program vaksinasi.

Menurut dia, dengan jumlah populasi, luas wilayah, serta serbuan hoax, program vaksiansi awalnya tidak disambut positif oleh masyarakat luas hingga Indonesia pernah mengalami guncangan sosial di saat serbuan varian Delta.

"Vaksinasi merdeka mengawinkan tiga pendekatan yaitu behavioral insights, penggunaan teknologi digital serta kearifan sosial, gotong-royong, yang berhasil melahirkan metode penyelengaraan vaksinasi yang kolosal di berbagai titik dengan biaya penyelenggaraan yang efisien (cost per shoot US$ 0,6-1)," papar dia.

Demikian, ujar Devie, pengelolaan ribuan relawan yang bekerja secara bersamaan di satu waktu secara masif, menjadikan penyelenggaraan ini menjadi cukup singkat dengan hanya memakan waktu selama 17 hari.

"Namun tentunya, dengan dampak yang terukur yaitu capaian warga yang tervaksinasi lebih dari 97 persen di mana sebelum hadirnya metode Vaksinasi Merdeka, capaian vaksinasi baru mencapai 33 persen,” ucap dia

"Untuk itulah Indonesia diundang guna mempresentasikan keberhasilan strateginya dalam penanganan Covid-19 berbasis pendekatan komunikasi digital dan sosial di Kantor Pusat OECD, yang dihadiri lebih dari 40 delegasi dari sedikitnya 16 negara maju di dunia. Indonesia dan Singapura diundang mewakili Asia Tenggara," sambung Devie.

Adapun, Head of Open and Innovative Government Division OECD, Carlos Suntiso mengatakan, pertemuan ini berlangsung untuk mendengarkan berbagai studi kasus dan capaian berbagai negara di dunia yang menggunakan pendekatan komunikasi untuk memperkuat tingkat kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah.

"Tidak hanya itu, pertemuan ini juga membagikan insight dari penggunaan Big Data dan Behavioral Study dalam praktik komunikasi publik selama pandemi," pungkas Carlos. (adam)

ADVERTISEMENT

Reporter: Andi Adam Faturahman
Editor: Sumiyati
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT