Kompor Listrik, Casnya Dimana?

Rabu 28 Sep 2022, 07:54 WIB

MASYARAKAT kecil lagi-lagi diuji kesebarannya. Setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite dan solar, kini giliran digaungkan wacana konversi gas 3 Kg ke kompor listrik. Tentu saja wacana ini membuat pedagang gorengan yang ada di berbagai wilayah Jakarta pusing tujuh keliling.

Sepertinya kita harus bersabar ya pikirin kalau benar-benar konversi gas 3 Kg kompor listrik terjadi. Gimana bawa kompor listriknya ya. Kan kita cuma pedagang gorengan yang mangkal di ujung gang. Apa tiang listriknya kita gotong-gotong. Cas kompornya di mana ya,” canda Agung, kepada rekannya, Tarno, sesama pedagang gorengan, kemarin.

Agung menjelaskan, pedagang baru saja menikmati manisnya penurunan harga minyak goreng yang saat ini di pasar tradional Rp12 ribu untuk minyak goreng curah. “Minyak goreng dah turun, kita dah senang nih. Eh tiba-tiba ada niatan ganti pakai kompor gas. Ada-ada aja nih pemerintah,” katanya sambil tersenyum.

Hal senada diungkapkan Tarno yang mengaku juga bingung jika konversi kompor listrik itu benar-benar terlaksana. “Bagaimana dengan pedagang gorengan yang keliling dengan membawa gerobek dan alat gorengan. Diganti kompor listrik, kemana cari setrumnya kalau listriknya habis,” ujarnya.

Alasan pemerintah melakukan ini sebenarnya sederhana. Dalihnya untuk mengurangi beban subsidi yang besar. Apalagi saat ini gas elpiji yang dipakai untuk mengisi tabung 3 Kg sebesar 75 persen masih impor.

Tentunya itu jadi beban negara yang keberatan karena untuk subsidi energi sudah mencapai lebih dari Rp 500 trilun. Jika dibiarkan terus-menerus disubsidi yang tidak perlu, bisa jadi APBN jebol alias kurang. 

Namun harus diingat, jangan tiap tahun dibilang subsidi tidak tepat sasaran dan APBN bisa jebol. Alasan tersebut sudah usanglah bagi kita, masyarakat kecil. 20 Tahun lalu pemerintah juga bilang seperti itu, masa tahun ini, jaman milenial alasannya sama,” cetus Tarno sembari tersenyum kecut.

Ayo dong pemerintah, bikin BUMN kita makin untung terus, termasuk Pertamina. Jangan katanya selalu merugi hingga ujung-ujungnya naikkan harga atau konversi hingga membuat masyarakat yang dirugikan,” kata Tarno. (tiyo)

News Update