ADVERTISEMENT

Sopir Pribadi Pun Dipoliandri Karena Dongkraknya Mantul

Senin, 26 September 2022 07:19 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

NY IMAMAH (35), ini kurang pandai bersyukur. Bisa hidup enak karena jadi istri Dadang (50), pengusaha kaya di Ciamis. Tapi ketika diberi sopir pribadi, eh….malah dipoliandri diam-diam. Dualisme kesuamian ini terbongkar, tapi Imamah beralasan katanya bersama suami kedua lebih bahagia karena dongkraknya mantul!

Penganut paham matrialistis beranggapan, anak gadis berwajah cantik itu bisa jadi investasi. Jika dipersunting orang kaya, keluarganya bisa “nempil kamukten” (kecipratan rejeki). Padahal jadi istri orang kaya belum tentu bisa hidup nyaman, karena tak semua suami bisa memberikan kebahagiaan lahir batin pada istrinya. Motto “maju ekonominya, bahagia istrinya” itu hanya gombalan belaka.

Nasib Imamah dari Kecamatan Banjarsari Ciamis ini seperti itu. Dia kawin dengan perjaka tua 10 tahun lalu, karena dorongan dan desakan keluarga lewat “dewan kolonel”. Maksudnya, ada family yang jadi TNI dan berpangkat kolonel memperkenalkan sosok Dadang pengusaha sukses kenalannya yang sudah bujang lapok belum nikah juga. Awalnya Imamah  menolak, tapi karena para personal “dewan kolonel” terus kampanye mewangikan Dadang, akhirnya Imamah tak bisa menolak.

Secara lahir memang bahagia Imamah bersuamikan Dadang. Sebab setelah menikah langsung tinggal di rumah mewah, yang pembantunya ombyokan. Pendek kata hidup Imamah memang hanya mamah karo mlumah. Minta apa saja, asal bukan bulan atau bintang, pasti dikabulkan. Bahkan sopir pribadi untuk mobil istri juga disiapkan.

Tapi ternyata Dadang ini hanya pinter cari uang, tapi gagal dalam urusan goyang-menggoyang, karena usia yang sudah kepala 4. Walhasil, Imamah jarang disentuh lantaraan suami sibuk dengan usahanya. Dia pikir asal semua kebutuhan  istri dipenuhi, cukup sudah. Dadang tak tahu bahwa istri juga tak selalu bahagia dengan materil jika soal onderdil payah.

Adalah sopir pribadi Imamah, yang bernama Suhanda, 30. Dia selain pinter bawa kendaraan secara nyaman, penampilannya juga cukup tampan dan enerjik. Lama-lama katena sering berada dalam satu mobil, Imamah jadi jatuh cinta pada sopirnya sendiri. Suhanda pun karena bini majikan ini cukup seksi menggiurkan, jadi sungkan untuk menolak “rejeki” yang jarang ada itu. Sampai keduanya masuk hotel, dan ternyata “kinerja” Suhanda di ranjang benar-benar mantul (mantap betul).

Imamah ingin menikah dengan Suhanda, tapi tak mau melepas Dadang karena pertimbangan ekonomi. Bisa ngebelangsak jadi bini Suhanda yang tak jelas peruntungannya. Padahal selama jadi bini Dadang semua kebutuhan materi selalu dipenuhi. Tiba-tiba kehilangan semua fasilitas gara-gara menjadikan cinta sebagai panglima, Imamah tidak siap untuk itu.

Dia lalu menemukan jalan tengah yang jitu, sono dapat, sini juga dapat. Bagaimana caranya? Suhanda diajak nikah agama (kawin siri), toh nikah lewat kiai kampung takkan ditanyakan dokumen pandukung. Ngaku janda ditinggal wafat (istilah wartawan masa kini) suami, selesai sudah. Sopir pribadi pun mengaku siap.

Setelah kawin siri, otomatis Imamah jadi praktisi poliandri alias bersuam dua. Yang satu kaya harta, satunya lagi kaya akan cinta dan energy. Sebab sebagai sopir “dongkraknya" betul-betul mantul. Karena jauh lebih muda, bisa beri layanan 3 kali seminggu sesendok makan.

Tapi warga di rumah yang dikontrak Suhanda-Imamah, kebetulan ada yang tahu “biografi” Imamah sebenarnya. Dia masih istri sah daripada Dadang. Berarti selama ini terjadi dualisme kesuamian dalam rumahtangga. Secara materil itu otoritas Dadang, tapi secara onderdil itu menjadi domain Suhanda.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT