ADVERTISEMENT

BI: Utang Luar Negeri Indonesia Terjadi Penurunan Rp47 Triliun

Kamis, 15 September 2022 16:45 WIB

Share
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (foto: istimewa)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (foto: istimewa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa terjadi penurunan utang luar negeri (ULN) Indonesia menjadi 400,4 miliar dolar AS pada Juli 2022 dari sebelumnya 403,6 miliar dolar AS di Juni 2022.

Hal ini menunjukan bahwa memasuki semester II tahun ini terjadi penyusutan ULN sebesar 3,2 miliar dolar AS atau setara Rp47,3 triliun (kurs RUU APBN 2023 Rp14.800).

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya utang luar negeri publik (pemerintah dan Bank Indonesia) dan juga sektor swasta.

“Secara tahunan, posisi ULN Juli 2022 mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen year on year (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,2 persen yoy,” ujar Erwin dalam keteranganya, Kamis, (15/9/2022).

Dijelaskan bahwa posisi ULN Pemerintah pada Juli 2022 sebesar 185,6 miliar dolar AS, lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya sebesar 187,3 miliar dolar AS.

“Penurunan ULN pemerintah terjadi akibat adanya pergeseran penempatan dana oleh investor nonresiden di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global,” tuturnya.

Menurut Erwin, pemerintah tetap berkomitmen menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu serta mengelola ULN secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel.

“Posisi utang luar negeri pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,7 persen dari total,” tegas dia.

Sementara itu, sektor swasta terpantau melanjutkan tren penurun ULN menjadi 185,6 miliar dolar AS dari sebelumnya sebesar 187,3 miliar dolar AS.

Kata Erwin, perkembangan tersebut disebabkan oleh kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporation) masing-masing sebesar 2,0 persen dan 0,9 persen terutama karena pembayaran neto surat utang.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT