Sental-Sentil

Obrolan warteg: Janji Politik

Rabu 14 Sep 2022, 05:22 WIB

Janji  itu ibarat utang yang harus dibayar, begitupun janji politik. Hanya saja, kadang menjadi anekdot, membandingkan janji politik beda dengan pil KB. Jika lupa minum pil KB, baru jadi. Tetapi kalau janji politik, jadi dulu baru lupa.

Ini gambaran tidak sedikit para kandidat menebar janji kepada masyarakat saat kampanye, tetapi begitu sudah jadi kadang lupa menepati janji.

“Jika sebelumnya rajin mengunjungi warga yang kesulitan, membantu warga yang membutuhkan pertolongan, setelah terpilih menjadi pejabat, wakil rakyat tak pernah datang lagi,” kata mas Bro mengawali obrolan di warteg langganan sambil maksi bersama sohibnya, Yudi dan Heri.

“Tetapi nggak semua pejabat terpilih lupa akan janjinya. Banyak yang berupaya semaksimal mungkin menepati janji,” kata Heri menimpali. “Kalau kemudian tidak semuanya dapat ditepati, bisa jadi karena apa yang dijanjikan tidak cukup satu kali masa periode,” tambah Heri, asli wong Solo ini.

“Karena itu tak perlu perlu banyak umbar janji. Yang realistis saja, nggak usah ngoyo,” kata mas Bro.

 “Kenapa lo tiba – tiba ngomong soal janji politik?” tanya Yudi menimpali. “Apa mau menagih janji politik Gubernur DKI  yang mau habis masa jabatannya?” tambah Yudi.

“Buat apa menagih janji di sisa akhir masa jabatan. Kalau mau nagih ya jauh hari sebelumnya,” kata mas Bro balik bertanya.

“Apa mau kasih catatan soal  janji politik Anies yang pernah disampaikan kepada warga Jakarta?,” timpal Heri.

“Nggak perlu. Sudah ada anggota dewan yang memberi catatan 23 janji kampanye Anies,” kata mas Bro.

“Oke, kita serahkan kepada ahlinya yang memiliki kemampuan memberi catatan. Mana yang terealisasi, mana yang belum,” kata Yudi.

“Semoga catatan yang diberikan sama seperti yang warga rasakan.Kalau pun beda sedikit, wajarlah namanya beda sudut pandang,” kata mas Bro. (jokles)

Tags:
Sental-Sentil

Administrator

Reporter

Administrator

Editor