"Namun secara etika, rasanya tidak pantas seorang mantan kepala negara mencari jabatan lagi. Pantasnya dia menjadi seorang negarawan saja, karena menjadi orang nomor satu itu sudah merupakan jabatan paling puncak di negara ini," tulisnya.
Selanjutnya, Alexander Siagian, khusus mengenai jabatan wapres, menurut UUD wapres akan menggantikan presiden apabila presidennya meninggal dunia, berhalangan tetap, atau mengundurkan diri.
"Nah, katakanlah Jokowi jadi wapres lalu presidennya meninggal dunia, apakah Jokowi otomatis jadi presiden? Ini akan problematik karena Jokowi yang sudah dua periode menjabat presiden seharusnya tidak boleh lagi menjadi presiden," ujarnya.
Alexander melanjutkan, itu sebabnya di negara lain ada ketentuan bahwa seseorang yang tidak memenuhi syarat sebagai presiden berarti tidak memenuhi syarat juga menjadi wakil presiden. Sayangnya, dalam konstitusi kita tidak disebutkan secara eksplisit demikian.
Membalas komentar ini, Muhammad A S Hikam mengatakan, Itu kan karena anda memakai nurani selain nalar? "Tebakan saya, MK gak akan terlalu peduli dg soal pertimbangan nurani. Yg penting legal formal kayak rumus matematika saja," tegasnya.
Warganet lain yang menanggapi cukup panjang adalah Idrus Ismail. "
Betul sekali Prof, pasangan ideal Capresnya Kyai Makruf, Cawapresnya Pak Jokowi. strategi jitu dari kaum koplak," tulisnya .
"Bila nantinya pasangan ini terpilih, lalu di tengah jalan Presiden Kyai Makruf berhalangan tetap karena faktor usia atau sebab lainnya maka sesuai konstitusi Wapres Jokowi akan jadi Presidenya ?" tandas Idrus Ismail.
Idrus melanjutkan, begitu juga kalau dipasangkan dengan capresnya yang Lain namun ada komitmen di tengah jalan mengundurkan diri dengan kompensasi politik uang misalnya, maka sempurnalah upaya kelompok busuk dalam mengkerdil konstitusi dan Demokrasi.
"Senario ini patut diduga untuk melanggengkan kekuasaan menuju tirani, maka akan hancurlah Demokrasi yang dibangun dengan susah payah dengan darah dan airmata oleh seluruh komponent anak bangsa," tuturnya.
Patut diduga ini permainan kotor kelompok oligarki tamak dan monarki liberalis, Kapitalis busuk yang punya modal kuat, selama ini sudah merasakan manisnya kue ekonomi liberal untuk terus memupuk pundi-pundi kekayaan mereka, dengan memanfaatkan ketenaran dan kepercayaan masyakat kepada Pak Jokowi.
"Bila Pak Jokowi tidak menyadari fenomena permainan kotor kelompok yang disebutkan di atas bukan tidak mungkin menjadi bumerang bagi beliau tidak meninggalkan legacy yang baik untuk bangsa ini.
Alangkah elegannya bila beliau menjadi menjadi Bapak dan guru bangsa serta bapak demokrasi paska masa jabatan beliau berakhir, maka beliau akan dikenang selamanya dari generasi ke generasi.