JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sejumlah mahasiswa menggelar aksi demonstrasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat, Selasa (13/9/2022). Dalam aksinya, mereka menyajikan aksi teatrikal untuk menyindir Ketua DPR RI Puan Maharani.
Dalam pengamatan Poskota.co.id di lokasi, terlihat para mahasiswa tersebut menggunakan topeng Puan Maharani, Presiden Joko Widodo (Widodo), dan Shinigami sebagai metafora dari para sosok tersebut
Dengan diiringi lagu selamat ulang tahun, mereka memotong kue dan memberikannya kepada aparat Kepolisian yang berjaga, sebagai bentuk sindiran kepada Puan Maharani yang dinilai krisis empati lantaran tak menemui demonstran di depan Gedung DPR pada pekan lalu.
"Selamat ulang tahun Bu Puan, semoga panjang umur, dan segera wafat (menghadap yang maha kuasa)," kata mahasiswa tersebut.
Sebelumnya, juru bicara aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak), Nining Elitos menyentil Ketua DPR, Puan Maharani yang dianggap krisis empati terhadap masyarakat yang tengah tercekik karena dinaikannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Menurut Nining, tindakan Puan yang tak menemui massa aksi dan malah memilih untuk merayakan hari ulang tahunnya usai rapat paripurna, telah menunjulkan bagaimana kualitas wakil rakyat yang apatis akan nasib rakyatnya.
"Itu menunjukkan ternyata kualitas wakil rakyat kiya tidak lagi peduli atas nasib rakyatnya. Seharusnya siapa pun yang memberikan aspirasi di depan Gedung DPR itu, didengarkan aspirasinya, ditemui," kata Nining kepada wartawan, Selasa (13/9/2022).
Ketua Konfederasi Kongres Aliansi Buruh Seluruh Indonesia (KASBI) itu melanjutkan, di kala rakyat banyak yang tergusur ruang hidupnya, dipecat dari pekerjaannya, justru, anggota DPR sebagai representasi rakyat malah berpesta pora merakayan ulang tahun sang Ketua.
"Rakyat yang sedang menderita, rakyat yang sedang menangis, Ibu Pertiwi sedang berduka justru wakil rakyatnya berpesta pora dengan anniversary," ujarnya.
Karenanya, ucap Nining, aksi demonstrasi hari ini adalah sebuah metafora dari kemarahan rakyat yang terus-menerus dibelenggu, didzolimi dengan segala diterbitkannya regulasi pro oligarki.
"Hari ini adalah sebagai peringatan terhadap kekuasaan, hentikanlah mendzolimi rakyat. Jangan sampai kemudian rakyat betul-betul marah," papar dia.