Mendag Diminta Buka Keran Impor Bawang Putih, Alasannya untuk Cegah Bertambahnya Angka Inflasi

Senin 12 Sep 2022, 05:57 WIB
Mendag Zulkifli Hasan (foto/ist)

Mendag Zulkifli Hasan (foto/ist)

Biasanya harga naik karena stok langka di pasaran. Dan berhubung produksi bawang putih di Indonesia sangan rendah, hanya sekitar 10 persen dari kebutuhan, maka sisanya harus ditutup oleh impor. 

“Bawang putih itu memang ketergantungan impor hampir 100 persen, kalaupun ada yang lokal, paling hanya bawang lanang di petani di Tawang Mangu, sedangkan hampir semua di pasaran dari impor,” imbuhnya.

Dilain pihak, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menyebut harusnya ada kebijakan yang terkait dengan impor hortikulutra seperti bawang putih.  Ia menyebut jika keran impor tetap ditutup, bisa saja terjadi inflasi yang lebih tinggi. Karena akan ada kelangkaan di pasaran. 

“Nanti akan berdampak pada kestabilan pasar. Jadi memang harus ada kebijakan yang fleksibel demi menjaga kebutuhan dalam negeri agar tetap terjaga dan aman,” tuturnya. 

Soal inflasi dan keterkaitannya dengan stok bahan pangan, menurut Trubus, sektor energi dan pangan menjadi penyumbang terbesar kenaikan inflasi. Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, diperlukan kebijakan untuk meminimalisir dampak kenaikan tersebut.

Salah satunya, menjaga ketersediaan stok pangan di masyarakat. Dia menekankan, jika inflasi pangan bisa dikendalikan, maka akan berpengaruh pada kenaikan inflasi secara umum.

“Sumber inflasi sampai Agustus 2022 ada di energi dan pangan. September 2022, energi akan naik seiring penyesuaian tarif BBM. Untuk meminimalisir dampak itu, inflasi pangan harus turun,” ujar Trubus. (Wanto)

Berita Terkait

News Update