Meski awalnya sebatas tebar pesona, tetapi hendaknya menjadi upaya nyata sepanjang masa jabatannya untuk terus membangun kemajuan bangsa. Mengentaskan kemiskinan, mempersempit jurang kesenjangan yang kini kian menganga guna mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran sebagaimana cita – cita sejak Indonesia merdeka.
Bung Hatta pernah berpesan: Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekadar nama dan gambar seuntaian pulau di peta.
Poin penting pesan Mohammad Hatta, wakil presiden pertama Republik Indonesia ini, yakni bagaimana kita terus menjaga persatuan dan meningkatkan kepedulian.
Persatuan berarti bersatunya beragam corak – beraneka ragam latar belakang menjadi satu kesatuan yang utuh.
Kepedulian adalah sikap memperhatikan, proaktif, adanya keberpihakan terhadap kondisi yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Peduli kepada rakyat, mereka yang melarat, terjerat beban hidupnya karena keterbatasan kemampuan, bukan kepada pejabat ataupun konglomerat yang memiliki kelebihan kemampuan, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Filosofi Jawa mengajarkan agar kita senantiasa membangun kepedulian demi ketentraman. "Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara”.
Hendaknya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
Pesan moral untuk kita semua, termasuk para kandidat yang sekarang membangun citra, di antaranya melalui tebar pesona.
Harapannya apa yang ditebarkan menjadi langgeng dan nyata menyejahterakan bangsa dan negara. Bukan tebar pesona yang berujung derita dan nelangsa. Semoga. (Azisoko)