SERANG, POSKOTA.CO.ID - Dampak kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) langsung terasa. Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia atau Aptrindo Banten mengusulkan agar tarif angkutan barang dinaikkan 21 persen hingga 25 persen.
Kenaikan tarif jasa angkutan logistik sangat diperlukan pasca naiknya harga BBM pada Sabtu, 3 September 2022 lalu.
Di mana, Harga BBM jenis Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000. Harga BBM jenis Bio Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800. Harga BBM jenis Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.
Aptrindo yang merupakan gabungan pengusaha truk sangat bergantung pada BBM jenis Bio Solar.
Ketua Aptrindo Banten Syaeful Bahri mengatakan, DPP APtrindo melakukan Rapat Pleno menyikapi kenaikan tarif BBM pada Sabtu, 3 September 2022 malam.
Setelah melalui Analisa dan perhitungan maka kenaikan tarif angkutan logistic dinaikkan.
"Kita sudah lima tahun lebih tidak menaikkan tarif. Tidak ada pilihan lain menaikkan tarif, memang isu strategisnya kenaikkan BBM. Kenaikannya bervariatif, tetapi khusus kendaraan besar roda 6 ke atas, 25 persen," kata Syaeful, 5 September 2022.
Syaeful mengatakan, selama ini harga berbagai spare part, serta inflasi, sudah terjadi. Namun tarif angkutan barang belum pernah naik sekitar lima tahun terakhir.
Saat ini, akibat BBM naik, terpaksa pihaknya menaikkan tarif angkutan logistik.
"Ada beberapa komponen yang menjadi penyebab kenaikan angkutan barang, BBM, Tol, parkir, Sopir, Ban, Depresiasi, dan Overhead. Kenaikan ini untuk survival," ucapnya.
Di mana, untuk truk sendiri ada beberapa jenis seperti truk roda 4, truk roda 6 ataupun truk roda 6 lebih.
"Truk roda 4 atau truk kecil kita naikkan 21 persen. Truk roda 6 atau truk sedang kita naikkan 23 persen. Truk roda 6 ke atas kita naikkan 25 persen. Contoh truk roda 6 dari Cilegon ke Jakarta tadinya Rp 3 juta menjadi Rp 3,75 juta, kenaikan 25 persen," ungkapnya.
Dalam menaikkan tarif angkutan barang, kata Syaeful, Aptrindo tidak asal. NAmun ada perhitungan.
"Truk roda 4 naik 21 persen, perhitungannya, kenaikan dampak BBM 12 persen, spare part 2,5 persen, ban 2,5 persen, UMR 0,5 persen, inflasi 0,5 persen, investasi 3 persen," urainya. (haryono)