Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengibaratkan Bogor Flora Festival sebagai 'lebarannya' para petani, pecinta, penggemar dan pemulia tanaman hias.
Festival ini sekaligus memperbaiki kondisi ekonomi di era pandemi dan menyisakan tiga usaha yang selamat, masing-masing sport equipment, healthy, food and drink dan tanaman hias.

Para pengunjung 'Bogor Flora Festival 2022'. (ist)
"Potensi ekonomi dari tanaman hias dunia, ada sekitar puluhan hingga ratusan triliun per tahun, dan Indonesia baru berhasil mengekspor tanaman hias kurang lebih di angka Rp170 miliar per tahun. Ini menjadi potensi yang bisa dikedepankan untuk menambah potensi perputaran ekonomi Indonesia, yang pasti jangan hanya Tomohon yang selama ini dikenal sebagai daerah yang dikenal memiliki festival tanaman hias. Ke depan Bogor juga harus memiliki lebarannya para penggemar tanaman hias," katanya.
Menurut Dedie bicara potensi flora, ada hal yang membedakan Kota Bogor dengan kota-kota lain, khususnya di Jawa Barat.
Bogor memiliki banyak potensi tanaman hias, antara lain memiliki puluhan lembaga penelitian, perguruan tinggi, serta pemulia tanaman.
Artinya lanjut Dedie potensinya besar dan pasarnya terbuka luas tinggal bagaimana untuk mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan seluruh kekuatan dari tanaman hias menjadi potensi nasional untuk meningkatkan perekonomian bangsa dan menjadi unggul dalam perputaran ekonomi, khususnya perdagangan tanaman hias.
Sementara itu Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman mengapresiasi festival ini.
Florikultura memiliki prospek yang baik sekali pada kondisi-kondisi sekarang.
"Tanaman hias yang memiliki keindahan dan kecerahan mampu memberikan ketenangan yang membantu meningkatkan imunitas atau nutrisi jiwa bagi penikmatnya," katanya.
Liferdi menyebut, saat pandemi permintaan tanaman hias cukup tinggi.
Untuk itu ia berharap festival ini tidak digelar hanya level nasional saja, tapi hingga kelas internasional.