ADVERTISEMENT

Keren, Ada Usul Hari Kebaya Nasional, Komisi X DPR Mendukung Penuh: Kebaya itu Harga Mati Milik Indonesia

Minggu, 28 Agustus 2022 06:04 WIB

Share
Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) dan Pertiwi Indonesia mengadakan jalan santai dengan menggunakan kebaya. (Foto: Aldi/Poskota)
Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) dan Pertiwi Indonesia mengadakan jalan santai dengan menggunakan kebaya. (Foto: Aldi/Poskota)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kini makin marak kaum wanita yang menyukai kebaya. Di acara car free day di Jalan Jenderal Sudirman, belakangan banyak rombongan kaum wanita mengenakan kebaya, dan menyatakan mencintai busana kebaya.

Kini untuk busana kebaya ini sudah makin ke arah jalur formal. Dukungan pengajuan kebaya ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO mengalir dari Komisi X DPR RI. Seluruh Pimpinan dan Anggota Komisi X DPR sepakat kebaya didaftarkan secara mandiri (single nomination) atau tanpa dilakukan secara bersama-sama dengan negara lain.

“Kebaya itu harga mati milik Indonesia karena itu kita mengambil sikap tegas mendaftarkan kebaya ke Unesco secara single nomination,” ujar Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti saat memimpin Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI dengan Kebaya Foundation dan Tim Nasional Hari Kebaya Nasional di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis lalu.

Meskipun mendaftarkannya sulit, butuh waktu lama maupun antrean panjang, kata Agustina, tetap harus dilakukan secara sendiri. “Yang penting tetap semangat dan terus bergerak, dan ini juga bisa sekaligus meningkatkan perekonomian bangsa melalui kebaya,” ujar Agustina.

Batik, lanjut politisi PDI Perjuangan itu, dulu juga sempat mau diakui negara tetangga (Malaysia), tetapi akhirnya UNEESCO mengakui batik sebagai Warisan Budaya Dunia dari Indonesia.

Dukungan juga mengalir dari Anggota Komisi X DPR RI Rano Karno. Ia mengingatkan bahwa Bung Karno pada tahun 1940-an telah menetapkan kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia.

Dalam Konferensi Asia Afrika, Bung Karno menjadikan kebaya sebagai alat diplomasi budaya. “Kebaya itu bukan sekadar pakaian tapi bermakna kesetaraan dan emansipasi perempuan, bahkan menjadi simbol perjuangan,” jelas Rano Karno.

Politisi PDI-Perjuangan itu juga meminta agar pemerintah segera menetapkan Hari Kebaya Nasional dan penetapan ini sekaligus melanjutkan visi besar Bung Karno, kebaya menjadi alat diplomasi budaya.

Senada, Anggota Komisi X DPR RI Rojih juga sependapat bahwa pemerintah perlu segera menetapkan Hari Kebaya Nasional untuk memajukan kebaya sebagai bagian dari budaya Indonesia.

Kebaya bila dianalogikan dengan makanan, rendang misalnya, di mana orang Sumatera Barat mengonsumsinya sehari-hari, yang kemudian menularkan ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT