Demokrat: Subsidi Energi Membengkak, Tunda Proyek yang Gunakan Anggaran Besar,  Alokasikan untuk Subsidi

Rabu, 17 Agustus 2022 23:11 WIB

Share
Pengendara motor mengantri BBM di salah satu SPBU Kota Bekasi. (foto: Ihsan).
Pengendara motor mengantri BBM di salah satu SPBU Kota Bekasi. (foto: Ihsan).

JAKARTA, POSKOTA.COI.ID - Masalah subsidi energi saat ini membuat pemerintah pusing, sebab jumlahnya yang terus membengkak.

Untuk tahun depan ini, Pemerintah menganggarkan dana subsidi sebesar Rp502 triliun dalam pengantar RAPBN 2023. Anggaran subsidi tersebut mayoritas digunakan untuk menyubsidi sektor energi.

Dengan besarnya alokasi anggaran subsidi tersebut, pemerintah harus lebih ketat mengawasi distribusi barang subsidi. Ha itu disampaikan Anggota Komisi VII DPR RI Sartono Hutomo, Selasa (16/8/2022).

"Memang anggaran subsidi kita sangat besar, yaitu Rp502 triliun. Namun, bukan tidak mungkin anggaran ini kembali membesar apabila pemerintah tidak dapat mengawasi pendistribusiannya."

Di sinilah urgen bagi pemerintah untuk fokus pada revisi Perpres BBM, agar subsidi jatuh kepada masyarakat yang berhak.

Politisi Partai Demokrat ini menegaskan, saat ini masyarakat sudah merasakan lonjakan harga pangan dan energi yang sangat tinggi. Saat yang sama ekonomi masyarakat baru berangsur membaiki dari pengaruh pandemi Covid-19.

"Kenaikan LPG dan BBM non subsidi juga semakin membuat tekanan ekonomi bagi masyarakat. Sudah seharusnya Pemerintah tidak menaikan harga BBM subsidi dan fokus merevisi Perpres No.191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Eceran BBM, sehingga subsidi yang dikeluarkan menjadi tepat sasaran," tandas Sartono.

Politisi Demokrat ini menegaskan, di saat subsidi energi membengkak, Pemerintah harus mengatur skala prioritas dalam melaksanakan proyek pembangunan.

Menurut Sartono, pemerintah sebaiknya menunda sejumlah proyek yang menggunakan anggaran besar dan mengalokasikan anggaran tersebut untuk subsidi maupun program yang dapat membantu peningkatan ekonomi masyarakat.

"Konflik Rusia-Ukraina membuat harga minyak dan gas bumi semakin melambung. Harga minyak yang tinggi ini membuat inflasi juga melonjak," katanya.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar