Kok Bisa? Penduduk Mayoritas Muslim, Indonesia Tak Masuk 10 Besar Negara Produsen Industri Halal

Jumat, 5 Agustus 2022 21:09 WIB

Share
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI, KH Chalil Nafis. (foto: ist)
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI, KH Chalil Nafis. (foto: ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Chalil Nafis menyayangkan Indonesia tidak dapat menembus urutan 10 besar negara produsen industri halal dunia. 

"Ya sedih dan hampir ironi karena Amerika dan Brasil berada di atas Indonesia. Penduduk muslim hampir 200 juta hanya sebagai konsumen belum bisa jadi produsen,"ujar Chalil kepada Poskota, Jumat, 5 Agustus 2022.

Menurut Chalil, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh pemerintah Indonesia. Bahkan, Indonesia sendiri masih kalah bersaing dengan Taiwan yang notabene masyarakat islamnya tidak banyak.

"PR bagi pemerintah untuk mendorong produsen halal di Indonesia berkembang. Langkahnya ya pemerintah harus Membina dan memajukan produk-produk halal Indonesia," kata Chalil.

Sebelumnya, Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir mengatakan, MES terus menjalankan ikhtiar dalam memperkuat perannya untuk mengembangkan dan memperkuat perekonomian dan keuangan syariah di bumi Indonesia.

Erick bilang, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar terhadap perekonomian syariah serta ekosistem industri halal.

"Jangan sampai bangsa kita hanya menjadi market bagi negara lain, jangan sampai bangsa kita hanya jadi penonton. Inilah yang harus kita rajut dan perkuat," ujar Erick, dalam Milad 22 Tahun MES, Kamis 4 Agustus 2022.

Dengan market dan sumber daya yang besar, Erick bertekad menjadikan Indonesia sebagai pemain besar dalam industri halal dunia.

Menurutnya, selama ini Indonesia tak masuk 10 besar produsen industri halal dunia, tetapi justru Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan konsumsi produk halal dunia.

"Mau sampai kapan market kita hanya menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi negara lain. 10 besar kita tidak masuk, malah yang masuk Brasil, Amerika Serikat (AS), bahkan Taiwan. Ini harus menjadi intropeksi kita bersama," ungkap Erick. (wanto)

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar