ADVERTISEMENT

Waduh, 22.194 Pelajar di Kabupaten Tangerang Alami Putus Sekolah, Didominasi DO dan LTM

Kamis, 4 Agustus 2022 11:54 WIB

Share
Kegiatan PTM di salah satu sekolah di Jakarta. (Pandi/Dok. Poskota)
Kegiatan PTM di salah satu sekolah di Jakarta. (Pandi/Dok. Poskota)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Sebanyak 22.194 anak jenjang SD hingga SMA di Kabupaten Tangerang memgalami putus sekolah. Jumlah tersebut berdasarkan data website Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud mencatat, Kabupaten Tangerang menempati posisi pertama disusul Kabupaten Lebak yang menempati posisi dua dengan jumlah anak putus sekolah sebanyak 16.656, lalu posisi ke tiga adalah Kabupaten Pandeglang, dengan angka 11.410 dan ke empatyakni wilayah Kabupaten Serang mencapai 10.778.

Kemudian disusul Kota Tangerang di posisi ke 5 dengan jumlah 7.844, setelah itu urutan ke 6 Kota Tangerang Selatan 6.079, lalu nomor 7 ialah Kota Serang dengan jumlah 5.977 dan berada di posisi terakhir Kota Cilegon yang mencapai 1.913 anak putus sekolah.

Dari total 22.194 anak putus sekolah di Kabupaten Tangerang, terbagi menjadi dua kategori yaitu Drop Out (DO) atau berhenti begitu saja dan kategori Lulus Tanpa Melanjutkan (LTM).

Di Tingkat sekolah dasar (SD) angka DO mencapai 2.543 dan LTM 7.251. Sedangkan tingkat SMP DO berjumlah 1.636 lalu LTMnya 8.623. Sementara, untuk tingkat SMA sederajat, angka DO mencapai 2.104.

Menanggapi hal itu, Dewan Pendidikan Kabupaten Tangerang, Eny Suhaeni mengaku sangat prihatin dengan tingginya angka anak putus sekolah di Kabupaten Tangerang.  "Tentunya sangat memprihatinkan ya. Dengan tingginya angka tersebut. Padahal saat ini sekolah negri dari tingkat SD, SMP, sampai SMA sudah digratiskan," katanya, Kamis (4/8/2022).

Menurut Eny, pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten, melalui Dinas Pendidikannya harus melakukan penyisiran, apa penyebab anak-anak putus sekolah. Sehingga sehingga bisa dicarikan solusinya.

"Harus dilakukan penyisiran, apa penyebabnya, apakah faktor ekonomi atau memang yang lain, sehingga bisa dicarikan solusianya. Ditambah memang pada saat Covid-19 perekonomian masyarakat sangat terganggu," pungkasnya. (Veronica)

ADVERTISEMENT

Reporter: Veronica Prasetio
Editor: Novriadji Wibowo
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT