“Padahal wajar kalau ada peristiwa yang dapat berpotensi memicu keresahan seperti itu kami berjaga-jaga. Kalau sampai ada konflik fisik, kami kan tidak tahu siapa saja orang-orang yang datang ke desa kami itu,” ujar Bhagas, kepada sejumlah wartawan, Senin (1/8/2022).
Lebih lanjut, ia mengatakan perseteruan antara Pesulap merah dan Gus Samsudin menyeret warga serta Desa Rejowinangun.
Alhasil, warga ingin agar padepokan tersebut ditutup.
“Jadi kenapa warga sampai menghendaki penutupan padepokan Gus Samsudin karena kegaduhan ini ternyata telah menyeret nama desa kami. Desa Rejowinangun di-bully warganet di media sosial karena padepokan itu berada di desa kami,” pungkas Bhagas
Selain kegaduhan di media sosial, warga juga menuntut penutupan padepokan, karena menganggap praktik perdukunan beragama yang dijalankan Gus Samsudin selama ini telah merugikan banyak orang.(*)