IRAN - Angin perubahan di kawasan Arab sedang berhmbus. Arab Saudi sudah membolehkan kaum wanita untuk melepas jilbab atau hijab di depan umum.
Aneka kebudayaan luar negeri digelar di negeri itu, terutama di Kota Jeddah, yang berada di pintu utama Arab Saudi, kota itu menjadi sangat berwarna.
Rupanya, angin perubahan di Arab Saudi itu mulai menular ke Iran. Kini marak tuntutan untuk melepas jilbab oleh kalangan wanita di Iran.
Marak tuntutan soal kebebasan untuk tidak berjilbab atau melepas jilbab. Warga mulai melepas jilbab, namun hukum di negeri itu belum atau tidak memperbolehkan.
Wanita di Iran mulai berani menuntut untuk melepas jilbab di depan umum, namun hal itu ditentang oleh petinggi negara, dan polisi pun bertindak menangkap wanita yang tidak berjilbab di depan umum.
Namun, tuntutan itu belum mendapat rekasi posisitif. Sebaliknya, Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei bereaksi keras.
Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei telah mencemooh wanita Iran yang memprotes pemakaian jilbab sebagai korban konspirasi Barat yang diatur oleh Inggris dan AS, The Times melaporkan pada hari Jumat.
Dia mengatakan Inggris dan "terutama" AS telah mengerahkan media mereka untuk "menyerang" aturan berpakaian ketat yang diberlakukan oleh pihak berwenang kepada wanita di Iran.
“Tujuan musuh adalah untuk menyebarkan keraguan di antara orang-orang dan menggoyahkan iman mereka, yang merupakan faktor utama dalam mempertahankan negara dan sistem Islam,” kata Khamenei kepada para imam, seperti dimuat ArabNews.
Aturan berpakaian ketat yang diberlakukan setelah revolusi 1979 telah menghadapi protes selama puluhan tahun oleh wanita di Iran.
Pada 12 Juli, Hari Jilbab dan Kesucian Nasional, para aktivis meminta wanita untuk melepas jilbab mereka dalam kampanye pembangkangan sipil.