Kunci utama dari pengembangan ekosistem baterai listrik kata Mamit adalah integrasi dari hulu sampai hilir secara optimal, sehingga tidak harus menunggu investasi dari luar negeri, tetapi mampu memaksimalkan peranan BUMN.
“Jadi hulu dan hilirnya benar-benar terintegrasi apalagi BUMN kita bisa memegang peranan penting di sana, jadi kita tidak melulu bicara investasi dari luar tapi BUMN kita bisa melakukan optimalisasi gitu dan pemerintah saya kira harus benar-benar mendorong BUMN ini terjun aktif di tidak hanya mengundang investasi dari luar tetapi BUMN kita juga bisa memegang peranan penting,” jelasnya.
Mamit melanjutkan, dengan optimalisasi peran BUMN bukan berarti meniadakan peran investasi asing, melainkan jika investasi asing masuk diharapkan tidak hanya berinvestasi pada salah sektor saja tetapi secara menyeluruh.
“Ketika kita bisa melakukan hilirisasi terus juga kita bisa memproduksi nikel kita maka harusnya kita ini bisa menjadi pemain besar, makanya itu saya harapkan investasi yang masuk ke Indonesia ini tidak hanya investasi di sektor smelter," katanya.
“Karena kalau semester nikel ini kan hanya menjual bahan baku itu pun bahan bakunya dalam bentuk misalnya setengah jadi atau bahkan seperempat jadi nah nanti dijual atau ke negara lain dan akhirnya barang itu dijual lagi ke Indonesia dalam produk dengan harga yang jauh lebih tinggi.” Imbuhnya.
Untuk itu, menurutnya investasi asing yang masuk ke dalam negeri juga harus terintegrasi agar menimbulkan multiplier effect atau efek berganda bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.
“Jadi saya kira investasi itu harus terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir sehingga kita bisa memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri. Dengan demikian ada multiplier effect yang bisa kita dapatkan untuk perekonomian nasional.” pungkasnya.(*)