BELAKANGAN Pemerintah sibuk mencari dana untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, di PPU Kalimantan Timur. Target Presiden Jokowi, upacara 17 Agustus 2024 sudah digelar di sana.
Tapi, ya itu, kendala dana cekak. Menggunakan duit APBN, pengamat, politisi, teriak-teriak kita kesulitan keuangan. Lantas Kepala Otoritas IKN Bambang Susantono ngajak patungan fund rising, nggak boleh. Cari investor, sempat komitmen, tapi mundur.
Nah, sekarang pemerintah mau menyewakan lahan dan gedung milik negara, pun dicaci. Maka, cari utangan pun jadi alternatif. Kritik pasti muncul.
“Lha kalau menyewakan lahan atau gedung, dapat seberapa? Bayangkan, yang menyewa Bandara Halim yang katanya 15 tahun, cuman bayar Rp17 miliar. Enakan ngutang, kalau bisa?” Petruk nyeplos.
“Nggak salah kok cari utangan. Tapi orang cari utangan itu nggak gampang lho. Aku ini, cuman lulusan SMA, tapi ogah kalah sama Kang Gareng yang sarjana, soal cari utangan. Nggak percaya, ayo dicoba lomba ngutang,” ujar Bagong bangga.
“Weladalah, punya adik satu kok sombongnya ampun. Sombongnya soal jago ngutang. Padahal, ngutang ke saya belum dibayar, malah aku yang rikuh nagihnya,” ujar Petruk.
“Lha, piye lho Kang Petruk. Buntu kalau ikut mikir soal mbangun IKN. Pak Jokowi punya ide bagus kok nggak pada mendukung. Pakai APBN dipertanyakan, mau patungan fund rising disalahkan. Sekarang mau nyewain lahan dan gedung milik negara juga malah dicibir. Gimana coba. Ngutang katanya utangnya sudah segunung,” cerocos Bagong.
“Ya, menurutku, ini salah Pak Jokowi, dulu kok ujug-ujug bilang di depan MPR minta izin memindahkan IKN ke Kalimantan. Lha memang memindahkan IKN itu hanya kekuasaan Presiden? Kata Ibu Kota Negara itu yang tertinggi adanya di UUD 1945, berarti MPR yang juga punya wewenang soal IKN,” kata Petruk.
Di tengah Petruk serius omong itu, Gareng sebagai kakak mengingatkan, hal itu sudah diputuskan, DPR sudah bikin UU, tinggal pelaksanaan. “Jadi jangan mbalik ke nol lagi, Thole Petruk,” ujar Gareng.
“Naaah. Aku ada jalan keluar. Sini aku bisiki Kang Petruk, jangan ngotot mbalik ke nol,” ujar Bagong.
“Gong, aku juga dibisiki, dong. Tapi, kenapa harus bisik-bisik, orang cuma bertiga begini,” ujar Gareng.