"Lha ngapain dibilang tidak ada di rumah, hal itu kan menarik perhatian, seperti itu kenapa disampaikan," ujarnya.
Menurut Soleman, hal itu kan sepertigelas, kalau isi bisa setengah isi, setengah kosong. Lha Kapolres bilang Kadiv Propam saat itu tidak ada di rumah, ini kan setengah kosongnya, beritanya bisa-bisa di rumah, tapi rumah ditutup. "Nah, seperti ini mengundang perhatian, kenapa seperti ini disampaikan," tuturnya.
Lantas, runtutan selanjutnya, dibilang Kadiv Propam tidak ada di rumah karena sedang pergi untuk PCR. Nah, katanya, ini gampang sekali, tanya sopirnya, PCRnya dimana, tempatnya dimana, benar nggak di situ jam sekian.
"Tapi, nah ini melanggar kebiasaan ini tadi, biasanya raja-raja seperti kadiv Propam rasa-rasanya kalau PCR, kalau PCRnya dipanggil, kamu sini, aku periksa. Jaman aku kan Kabais begitu, mungkin beliau lain," ujarnya.
Menurut dia, waktu dirinya menjadi Kabais TNI, waktu tes kesehatan itu tidak pergi ke rumah sakit, Malah tenaga kesehatan TNI diminta datang kepadanya. "Hayo, pergi kesini kamu, aku punya darah ini, periksa," ungkap Soleman.
Soal perginya Kadiv Propam ke tempat PCR itu justru menjadi melemahkan polisi, karena membuka peluang untuk bertanya-tanya. Kalau dicocokkan, menurut Soleman Ponto, justru membuka tabir sendiri setelah dilakukan pengecekan.
"Lha kalau PCR kan, periksa ini. Lha PCR kan bisa saja panggil, ke sini, tapi katanya pergi ke sana. Nah, ini kan buka tabir lagi, gampang, buka tabir sendiri namanya," ujarnya.
Soleman pun mencoba mengecek, berarti Kadiv Propam ke sana ke tempat PCR, nah, di sana bersama siapa? Ada nggak di sana? Dengan siapa datangnya? Ajudan dua kok kenapa ditinggal, ada berapa ajudan.
"Kalau pergi kenapa ajudan ditinggal, kalau saya dulu ajudan ikut terus, lha kenapa ini ajudan dua kok ditinggal. Mungkin punya lebih dari tiga ajudan, saya nggak tahu. Nah ini menimbulkan narasi-narasi membuat masyrakat itu ramai, ini mau kemana perginya," ujarnya. (*/win)