JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat politik Jhon Sitorus menanggapi deklarasj Gerakan Nasional Anti Islamofobia (GNAI) yang dilakukan di Aula Buya Hamka, Masjid Al-Azhar, Jakarta, Jumat (17/7/2022) lalu.
Menurut Jhon Sitorus, gerakan anti islamofobia itu adalah upaya untuk memainkan isu agama untuk kepentingan politik.
Pengamat politik itu berpendapat bahwa nantinya islamofobia akan dijual ke salah satu Capres yang maju di Pilpres 2024, dengan isu agama sebagai produknya.
Diketahui sebelumnya, deklarasi GNAI ini dihadiri oleh sejumlah tokoh dan aktivis.
Tokoh-tokoh tersebut ada di antaranya Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, hingga Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif.
Selain itu di jajaran pendiri dan inisiator Gerakan Nasional Anti Islamofobia ada nama Ferry Juliantono, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas, dan cucu pendiri Nadhlatul Ulama KH. Wahan Hasbullah yakni Gus Aam.
Menanggapi itu, pengamat politik Jhon Sitorus melihat bahwa ini adalah upaya memainkan isu agama jelang pesta politik di pemilu 2024 mendatang.
Ia menyebut kelompok yang menggaungkan islamofobia sebenarnya tengah ‘menjual’ produk berupa isu agama untuk Capres yang nantinya berlaga di Pilpres 2024.
“Kelompok yang menggaungkan gerakan anti Islamofobia sebenarnya sedang launching produk. Produknya apa? Ya isu agama,” kata Jhon Sitorus di akun Twitternya @Miduk17 dikutip pada Selasa (19/7/2022).
Menurut Jhon, nantinya isu Islamofobia akan ‘dijual’ untuk dipakai mendukung calon presiden tertentu. Sementara, lawan politik mereka akan menjadi sasaran ujaran kebencian yang berdasar islamofobia atau anti Islam.
“Dijual ke siapa? Dijual kepada capres dan cagub yang mau memakai jasa mereka. Apa peran mereka? Menebarkan ujaran kebencian kepada kelompok yang tak memilih capresnya,” jelas pengamat politik itu menanggapi Gerakan Nasional Anti Islamofobia. (frs)