ADVERTISEMENT

Obrolan warteg: Jakarta Raya

Selasa, 12 Juli 2022 08:30 WIB

Share
Kartun Obrolan warteg: Jakarta Raya. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Obrolan warteg: Jakarta Raya. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“ADA usulan Jabodetabek bergabung menjadi satu provinsi Jakarta Raya,” kata mas Bro kepada sohibnya, Yudi dan Heri di sela maksi di warteg langganannya.

“Usulan semacam itu, dulu sempat mencuat. Ini lebih karena penanganan banjir dan kemacetan di Jakarta,” kata Yudi.

Saat Gubernurnya pak Sutiyoso, usulan penyatuan administrasi pemerintahan Jabodetabek juga ramai dibahas. Alasannya dengan penyatuan wilayah penanganan pembangunan di wilayah tersebut lebih mudah, lebih terkoordinasi.

Begitupun dalam menyelesaikan masalah yang terjadi, misalnya soal penanganan banjir, mengurai kemacetan lalu lintas, belum lagi soal administrasi kependudukan, penyiapan lapangan kerja, properti dan masih banyak lagi.

Intinya Jakarta tak bisa lepas dari Bogor,Depok, Tangerang dan Bekasi. Sebaliknya wilayah tersebut tak bisa dipisahkan dari Jakarta, utamanya aktivitas penduduknya yang sebagian besar bekerja, mencari nafkah dan berkantor di Jakarta. Tak heran, jika sering dikatakan jumlah penduduk Jakarta pada siang hari menjadi dua kali lipat karena hadirnya warga Bodetabek.

“Kini usulan menjadikan Jakarta Raya kembali mencuat seiring dengan viralnya istilah SCBD –Sudirman, Citayam,Bojong Gede, Depok – fenomena anak muda daerah tersebut yang berkumpul di kawasan Sudirman – Dukuh Atas, “ kata mas Bro.

Hingga Walikota Depok, Mohammad Idris mengusulkan daerah pinggiran Jakarta disatukan menjadi Jakarta Raya agar pembangunan lebih sukses. Dengan satu provinsi, dengan satu gubernur segala permasalahan yang terjadi Jakarta dan sekitarnya dapat segera selesai.

Soal banjir, soal apa saja yang selama ini bersinggungan akan dapat diselesaikan karena kebijakan di tangan satu gubernur. Lain halnya sekarang, ada tiga gubernur, Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Birokrasinya panjang, boleh jadi ribet.

“Iya juga, bisa – bisa waktunya abis hanya untuk koordinasi, tanpa solusi” ujar Yudi. (jokles)

ADVERTISEMENT

Editor: Cahyono
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT