ADVERTISEMENT

Kondisi Sri Lanka Sedang Buruk, Para Perantau Diminta Kirim Uang untuk Beli BBM

Senin, 4 Juli 2022 20:44 WIB

Share
Cadangan BBM nyaris kosong di Sri Lanka. (PTI/IndiaTimes)
Cadangan BBM nyaris kosong di Sri Lanka. (PTI/IndiaTimes)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kondisi Sri Lanka sedang memburuk. Menteri Tenaga dan Energi meminta para perantau di luar negeri mengirim uang ke rumah melalui bank untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).

Akibat Sri Lanka yang krisis BBM, penutupan sekolah diperpanjang selama satu minggu karena tidak ada cukup bahan bakar bagi guru dan orang tua untuk membawa anak-anak ke ruang kelas.

BBM Sri Lanka saat ini hanya disediakan untuk layanan utama seperti sektor kesehatan, pelabuhan, transportasi umum, dan distribusi makanan.

“Mencari uang adalah sebuah tantangan. Ini tantangan besar,” kata Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera yang dikutip Associated News  pada Senin (4/7/2022).

Lebih lanjut, Kanchana mengatakan pemerintah telah memesan stok bahan bakar baru dan kapal pertama dengan 40.000 metrik ton solar diharapkan tiba pada hari Jumat sementara kapal pertama yang membawa bensin akan datang pada 22 Juli.

Beberapa pengiriman bahan bakar lainnya sedang dalam proses. Namun dia mengatakan pihak berwenang sedang berjuang untuk menemukan  587 juta dollar AS (Rp 8,78 triliun) untuk membayar bahan bakar. Wijesekera mengatakan bahwa Sri Lanka berutang sekitar 800 juta dollar AS (Rp 11,97 triliun) kepada tujuh pemasok bahan bakar.

Bulan lalu, sekolah ditutup secara nasional selama sehari karena kekurangan bahan bakar dan tetap ditutup selama dua minggu terakhir di daerah perkotaan. Sekolah akan tetap tutup hingga Jumat.

Pihak berwenang juga mengumumkan pemadaman listrik di seluruh negeri hingga tiga jam sehari mulai Senin (4/7/2022). Sebab, mereka tidak dapat memasok bahan bakar yang cukup ke pembangkit listrik.

Pemadaman listrik telah menjadi bencana bagi perekonomian Sri Lanka selama berbulan-bulan, bersama dengan kekurangan bahan pokok yang parah termasuk gas untuk memasak, obat-obatan dan impor makanan.

Wijesekera mengatakan masalah utama adalah kurangnya dolar dan mengimbau sekitar 2 juta orang Sri Lanka yang bekerja di luar negeri untuk mengirim pulang pendapatan devisa mereka melalui bank, bukan saluran informal.

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Syaharani Putri
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT