JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Mohamad Guntur Romli sewot atas pernyataan pakar budaya asal Universitas Gajah Mada (UGM) yang menyoroti kostum celana pendek penari dolalak putri.
Dikutip dari salah satu media, Dr Sudibyo MHum, dosen Program Pascasarjana Fakultas Sastra menyebutkan tidak lah tepat kostum penari putri dolalak bercelana pendek. Sehingga, kostum Dolalak putri terlalu mengekspos paha.
Menurut Guntur Romli, sang budayawan terangsang karena hanya fokus ke bagian paha tanpa melihat kostum keseluruhan dan tarian.
Sehingga, sambungnya, bahaya orang yang demikian itu disebut dengan pakar budaya dan seni. Melainkan, lebih pantas disebut sebagai pakar budaya birahi.
‘Mata sange Cuma fokus ke paha, gak bisa lihat kostum keseluruhan & tarian.
Bahaya orang ini disebut pakar budaya & seni. Bagusnya pakar budaya sange aja dia,” tulis Guntur Romli dalam twitter sebagaimana dikutip Poskota, Senin (27/6/2022).
Dolalak adalah tarian tradisional zaman Belanda. Awalnya tarian ini hanya diiringi alat musik dua nada yaitu notasi do dan la, maka dinamakan Dolalak.
Kemunculan tari tersebut terinspirasi dari perilaku serdadu Belanda saat beristirahat di camp peristirahatan. Serdadu tersebut menari bersama.
Kostum serdadu Belanda atasan berlengan panjang dipadu celana panjang.
Sementara kostum Tari Dolalak putri di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah mengenakan pakaian atas berlengan panjang dipadukan celana pendek. ()