Oleh: Guruh, Wartawan Poskota
PERUBAHAN merupakan kata sifat yang kerap identik dengan konotasi positif. Dimana perubahan dilakukan untuk menjadikan sebuah kondisi yang sebelumnya buruk atau baik menjadi lebih baik.
Setidaknya hal itulah yang menjadi harapan rakyat Indonesia saat Presiden Jokowi melakukan perubahan atau perombakan kabinet Indonesia Maju Jilid II pada 15 Juni 2022 lalu.
Beberapa nama baru namun wajah lama masuk dalam struktur pembantu presiden setidaknya hingga tahun 2024 mendatang. Sebut saja nama mantan Panglima TNI, Hadi Tjahjanto yang diangkat menjadi Menteri Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menggantikan Sofyan Djalil. Kemudian Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan yang dilantik menjadi Menteri Perdagangan (Mendag) menggantikan M. Lutfi.
Nama terakhir menjadi perhatian saya karena mengemban jabatan Mendag tidaklah mudah. Karena menyangkut dapur emak-emak di rumah mengingat kementerian ini memiliki tanggungjawab mengendalikan harga kebutuhan pokok.
Seperti di kalimat pembuka yang saya tulis perubahan seyogyanya menghadirkan harapan suatu kondisi yang menjadi lebih baik lagi. Setidaknya harapan itu pun disematkan Presiden Jokowi kepada Zulkifli Hasan. Mengingat ia diangkat di tengah melonjaknya harga kebutuhan pokok di pasaran.
Gebrakan pun dilakukan Zulkifli Hasan sehari pasca dilantik menjadi Mendag dengan langsung turun meninjau pasar mengecek harga di Pasar Jaya Cibubur, Jakarta Timur.
Dalam kunjungannya Zulhas sapaan akrabnya mengaku terkejut mendengar keluhan pedagang soal harga barang kebutuhan pokok.
Zulhas mengatakan, berdasarkan tinjauannya kelapangan sejumlah pedagang mengeluhkan kenaikan harga di sejumlah barang seperti cabai, bawang, daging ayam, hingga sapi.
Kekagetan sang menteri terhadap naiknya harga kebutuhan pokok pun membuat kaget warga termasuk mungkin saya. Bagaimana tidak, seorang menteri yang diberi tanggung jawab untuk mengendalikan harga sembako baru mengetahui harga-harga sembako naik setelah jadi menteri.
Dalam benak warga lagi-lagi termasuk saya, kok bisa seseorang yang tak tahu kenaikan harga sembako diangkat menjadi Mendag?