ADVERTISEMENT

Keras! Terkait Revitalisasi TIM, Budayawan Butet Sebut Anies Tak Memiliki Adab Membinasakan Jejak Sejarah: Indonesia Belum Jadi Suriah

Selasa, 21 Juni 2022 12:12 WIB

Share
Kolase foto Butet Kertaradjasa dan Anies Baswedan. (foto: diolah dari google)
Kolase foto Butet Kertaradjasa dan Anies Baswedan. (foto: diolah dari google)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Budayawan dan seniman Butet Kartaredjasa memberikan komentar yang menohok pada Gubernur DKI Jakarta  Anies Baswedan, terkait revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM).

Butet menyesalkan, kenapa revitalisasi TIM di era Anies mengorbankan jejak sejarah seni dan budaya. Bangunan lama yang bernilai sejarah kini diratakan dan diganti dengan bangunan baru.

Menurutnya, Indonesia belum menjadi Suriah. Maka dari itu dalam merevitalisasi harus menghormati sejarah dan kebudayaan.

"Atau jangan2 ini memang selera penguasanya, gubernur DKI, yang tidak memiliki adab dan kemauan menghormati sejarah dan kebudayaannya. Ingat lho,…. Indonesia belum berubah jadi Suriah. Tapi arogansi dan keganasan “membinasakan” sudah merperlihatkan tanda2nya," tulis Butet melalui akun Instagram @masbutet, Selasa 21 Juni 2022.

"Semua bangunan ruang ruang presentasi kesenian, gedung pameran maupun panggung pertunjukan, hilang tanpa ada bekasnya. Jika terhitung sejak akhir 1960an di awal berdirinya, jejak Taman Ismail Marzuki sudah hilang sama sekali," tulis Butet.

Butet ngaku termangu melihat jejak sejarah TIM yang telah binasa oleh revitalisasi. Kondisi itu, Butet mengandaikan seakan harus mulai lagi dari nol membangun pusat kesenian atau kebudayaan TIM.

"Jangan jangan memang begitulah selera arsitektur modern: merevitalisasi adalah membinasakan dan meniadakan sejarah, meratakan tanah, dan bikin bangunan baru yang terasa congkak. Ironis banget ya: arsitektur kan sesungguhnya juga kerja kebudayaan?" tulisnya.

Butet melanjutkan dengan sindiran kepada Anies terkait pembinasaan sejarah bangunan dan seni di TIM itu adalah ambisinya gubernur.

Seniman asal Yogyakarta ini mengkritik alih status TIM dari sebelumnya sebagai institusi sosial berupa yayasan menjadi institusi bisnis dengan bentuk perseroan terbatas.

"Jelas sekali maksudnya: pendidikan dan kebudayaan bukan dimaknai sebagai investasi demi melahirkan manusia2 berkualitas. Demi masyarakat yang beradab. Tapi menjadikannya matarantai industri untuk menangguk laba se-banyak2nya," tulisnya. (*)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT