Selama ini, sering dikatakan akibat cuaca, gagal panen dan tersendatnya distribusi menjadi alasan klasik penyebab kenaikan harga.
Menjadi pertanyaan, tanpa krisis pangan pun, kita sering dihantui kenaikan harga karena barangnya langka. Artinya sejumlah komoditas pangan belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Lantas bagaimana setelah dunia mengalami krisis pangan. Sebut saja negara kita hanya terdampak tidak langsung, tetapi tidak sampai krisis karena sebagai negara agraris.
Kita berharap demikian, tetapi mungkinkah itu dapat dijalani, tanpa sebuah antisipasi menghadapi krisis.
Haruskah berpangku tangan mengandalkan suatu keajaiban, sementara negara lain sudah mengambil keputusan untuk stop ekspor komoditas pangan. Bagi pangan yang tidak bisa dihasilkan dari dalam negeri, diplomasi ekonomi perdagangan harus dilakukan dengan negara penghasil.
Peningkatan produksi pangan dalam negeri, tidak bisa ditunda lagi. Jangan sampai rakyat diminta beralih dari beras, sementara makanan pengganti seperti jagung, gandum, sagu, sorgum tidak tersedia. (jokles).