JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dilanda kebangkrutan dalam usaha memang sangat menyakitkan, tidak semua orang dapat melalui fase seperti demikian, bahkan dalam beberapa kasus beberapa orang memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tak kuasa menahan penderitaan yang ditimbulkan.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Agus Tamin (68), pria yang akrab disapa Aki Maming ini terus menjalani hidup dengan penuh senyum dan kesabaran.
Padahal, beberapa bulan setelah pemerintah mengumumkan Indonesia terserang pandemi Covid-19 di tahun 2020 lalu, usaha yang digelutinya sempat terdampak dengan sepi pembeli hingga pada akhirnya terpaksa gulung tikar.
Melihat usaha warung kopi yang digelutinya bangkrut, Aki Maming sadar, bahwa berpasrah diri dalam kesedihan
tak akan menghasilkan apapun. Ia teringat akan pengalamannya bekerja di pabrik kue sekitar 30 tahun silam.
Dia terpaksa mengambil uang tabungannya untuk dibelikan peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue bawang. Awal April 2020, di tengah pandemi Covid-19 yang berkecamuk, di sebuah rumah kontrakan berukuran 3x4 meter persegi, Aki Maming sejak pukul 04.00 WIB telah menyibukan diri dengan membuat adonan kue bawang yang setelah usai waktu sholat subuh akan segera ia goreng.
“Sebelum adzan subuh Aki udah buat adonannya biar nanti abis sholat subuh tinggal digoreng sama nenek,” kata Aki saat ditemui di bilangan Rawasari, Jakarta Pusat, kemarin.
Dia mengungkapkan dalam berjualan kue bawang, hanya istri yang selalu membantunya. Ia tak ingin melibatkan sang anak yang juga sibuk mengurusi rumah tangganya, meski anak tersebut tinggal tak jauh dari rumah kontrakan yang dihuninya.
“Ada anak 1, dia ngontrak gak jauh dari rumah maksudnya beda RT-RW aja. Tapi saya gamau libatin dia, kasihan dia juga capek ngurusin rumah tangganya. Dia juga sebetulnya ngelarang saya ngider jualan, kata dia kalau cuma buat makan mah insyaAllah dia ada terus buat saya sama Nenek,” ujar Aki.
Dia menuturkan, setelah kue selesai digoreng dan ditiriskan. Ia langsung kembali bergegas membantu sang istri untuk mengemas kue-kue tersebut ke dalam plastik kemasan berat 250 gram.
Aki menambahkan, setelah selesai mengemasi kue dan merapihkannya ke dalam keranjang yang sebelumnya telah dipasang di sepeda. Ia tak diizinkan untuk langsung pamit untuk pergi mengitari wilayah Kecamatan Cempaka Putih - Matraman sembari menjajakan kue bawang yang ia buat bersama sang istri di rumah.