SUNGGUH kasiman nasib Kasun Mulyadi, 50, dari Ngawi (Jatim) ini. Katanya punya istri, tapi ibunya anak-anak 14 tahun jadi TKI Taiwan tak pernah pulang.
Belasan tahun tak pernah “ngetap olie”, menjadikan Pak Kasun nekad kawini ABG Nining, 15, yang masih bocih secara siri. Polisi pun menangkap Mulyadi.
Rumahtangga yang ideal adalah di mana suami dan istri berada dalam satu rumah secara berkesinambungan. Tapi karena faktor X (demi ekonomi), bisa saja suami atau istrinya ketemu baru seminggu sekali, sehingga ada istilah PJKA (Pulang Jumat kembali Ahad).
Bahkan ada yang berbulan-bulan sampai tahunan baru ketemu lagi, misalnya awak kapal atau TKI/TKW sebagai produk Menaker Sudomo di era Orde Baru. Tentu ini membutuhkan kesabaran luar biasa.
Kasun Mulyadi yang tinggal di Kedunggalar Kabupaten Ngawi, adalah salah satunya. Dia punya istri hanya simbolis doang. Sebab setelah punya 2 anak, bininya yang bernama Kasih, 45, daftar jadi TKI tahun 2008 tapi sampai sekarang tak pernah kembali.
Kiriman uang sih terus mengalir tiap bulan, tapi kebutuhan orang berumahtangga kan bukan hanya uang dan uang.
Mulyadi sering mengeluh perihal nasib dirinya. Jadi Kasun, status punya istri, tapi hanya fatamorgana, lantaran istri tak pernah pulang sejak 14 tahun lalu.
Kadang muncul ide liarnya, dia ingin menambahi namanya jadi Mulyadiwiranu, maksudnya: Mulyadi yang suwi ora nganu! Faktanya memang begitu, lama tak pernah begituan. Ibarat sepeda motor atau mobil, 14 tahun tak pernah “ngetap olie” apa mesin nggak bojot (rusak)?
Tak tahan setiap malam terus kedinginan, dia nekad pacari ABG Nining yang masih tetangga sendiri. Dia tinggal bersama neneknya, sebab sang ibu sudah lama menetap di Aceh.
Secara usia jelas njomplang sekali, selisih usia 34 tahun, karena Nining lebih pantas jadi anak ketimbang bininya. Tapi orang cinta kan sering di luar logika dan tak bisa dipaksa-paksa.
Secara intensif Mulyadi terus melobi Nining agar mau diperistri. Untuk menaikkan elektabilitas bukan pasang spanduk dan baliho, tapi menjanjikan akan dibelikan rumah dan mobil. Kalau perlu Nining akan diangkat jadi komisaris, “Tapi saya harus jadi Dirut dulu ya.....,” kaya Mulyadi sok banget. Padahal faktanya, dia hanya jadi Kasun.
Lama-lama Nining mau juga, setelah konsultasi dengan neneknya. Plong.....begitu rasa di dada Mulyadi. Tapi dia sadar betul, jika menikah di KUA pasti ditolak dengan alasan belum cukup umur.
Maka dia kemudian mencari ustadz kampung untuk menikahkan secara siri, yang konon si-dikit ri-sikonya. Maka tanpa persyaratan tetek yang bengek, Nining sudah sah secara agama menjadi bini Mulyadi.
Namanya orang banyak duit, Mulyadi lalu mengajak Nining wisata halal keluar kota. Ibarat Formula-E di Ancol, malam itu juga Nining langsung digeber tanpa pakai sirkuit.
Bedanya adalah, bila balapan mobil listrik hanya satu jam biayanya beratus-ratus miliar, Nining meski hanya modal puluhan juta sudah berhasil digeber selama beberapa minggu.
Perkawinan di bawah umur ini terungkap ketika ibu Nining yang di Aceh merasa kehilangan anak sejak bulan April lalu. Ketika diunggah di medsos, jadi viral dan gegerlah Ngawi.
Polisi pun turun tangan sehingga terlacaklah jejak kelabu Kasun Mulyadi. Dia ditangkap dengan alasan persetubuhan di bawah umur. Dalam pemeriksaan dia mengaku khilaf, karena sudah 14 tahun tak ketemu bini.
Rindu tertahan 14 tahun, mengkristal jadi kemenyan dong! (GTS)