MALAM Minggu kelabu. Rumah makan milik Bu Mila ini biasanya selalu ramai. Apalagi pada akhir pekan. Banyak muda-mudi yang nongkrong, bercengkrama dengan kekasih hati, sambil menikmati hidangan di rumah makan pinggir jalan ini. Namun, sudah dua pekan ini rumah makan Bu Mila terlihat sepi.
"Kalau begini terus, bulan depan warung kita tutup, Pa!" keluh Bu Mila pada suaminya.
Pak Andi tak bisa berkata-kata. Mulutnya kelu. Tangan kanannya berkali-kali mengelus jidat. Sampai licin. Rambut klimisnya pun jadi acak-acakan. Diamnya Pak Andi bukan tanpa alasan. Ia sendiri tengah putar otak, cari solusi agar warungnya tetap bertahan. Cari strategi agar warung makan miliknya tak merugi. Cari cara bagaimana agar usahanya tak gulung tikar.
"Apa kita naikin saja harganya ya, Bu?" usul Pak Andi.
Memang dilematis. Mengurangi takaran cabai pada sambal andalannya, membuat pelanggan kabur. Sebab, menu andalan di warung makan Bu Mila adalah Sambal Setan, yang pedasnya sampai ke ubun-ubun. Inilah yang membuat anak-anak muda jadi ketagihan.
Kebanyakan anak sekarang memang suka yang pedas-pedas. Makanan pedas. Omongan pedas. Nyinyiran pedas. Meme pedas. Dan, perang opini yang pedas-pedas. Buktinya, yang pedas-pedas ini justru laku di media sosial (medsos). Silang sengkarut para buzzer yang saling nyinyir pun banyak followernya.
Kembali ke warung Bu Mila. Sudah dua pekan ini, cabai rawit setan harganya melejit. Di Pasar Kebayoran Lama, harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp110.000. Padahal, pekan lalu harganya masih di kisaran Rp80.000 per kilogram. Itu juga sudah naik dari harga sepekan sebelumnya, yaitu Rp70 ribu per kilogram.
Lihat juga video “Astaga! Gara-Gara Bersuami Dua, Wanita Asal Riau ini Diusir Warga Sekitar”. (youtube/poskota tv)
Menyiasati agar tak rugi, Bu Mila mengurangi takaran cabai di sambalnya. Namun yang terjadi, pelanggannya justru pada kabur. Itung-itung untung, eh malah buntung.
Mungkin itu juga yang jadi alasan kenapa para buzzer itu tetap dipiara. Padahal Pilpres dan Pilkada sudah berlalu lama. Sedangkan Pilpres dan Pilkada selanjutnya juga masih lama. Namun para buzzer itu tetap dipertahankan. Tujuannya, agar suhu politik tetap terasa pedas.
Tak apalah, selagi anggaran masih tersedia. Tak seperti warung makan Bu Mila, yang isi dompetnya sudah menipis. Digerus harga bahan-bahan pokok yang pada naik drastis. (gusmif)