ADVERTISEMENT

Suami Demen Benda Purbakala, Punya WIL Lebih Tua dari Istri

Senin, 13 Juni 2022 06:30 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Suami Demen Benda Purbakala, Punya WIL Lebih Tua dari Istri. (kartunis: poskota/arif's)
Kartun Nah Ini Dia: Suami Demen Benda Purbakala, Punya WIL Lebih Tua dari Istri. (kartunis: poskota/arif's)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

RUPANYA Dalijo (31) memang lelaki pecinta benda purbakala sejati. Istri yang dinikahi 3 tahun lalu, Yuniati (39) berusia 8 tahun lebih tua darinya. Giliran coba-coba punya WIL, dokter Tatik (41) eh malah lebih tua dari bininya. Bu dokter yang sedang praktik mesum itu langsung digerebek Pak RT siang hari.

Biasanya, lelaki mau kawin dengan perempuan jauh lebih tua darinya, karena
faktor ekonomi. Dia bisa numpang hidup dari ekonomi istri yang sudah mapan. Risikonya memang, dia bisa diledek sebagai lelaki berondong. Paling sadis, dia bisa
dijuluki suami pecinta benda purbakala meski tak kuliah di Fakultas Sastra & Budaya
UGM atau UNS.

Dalijo warga Nggayam Kabupaten Sukoharjo (Surakarta), termasuk lelaki yang
ditasbihkan sebagai pecinta benda purbakala. Tapi karena keadaan, dia harus
menebalkan telinga atas olok-olok yang tidak produktip tersebut. Bayangkan, ketika dia jadi penganggur, tak ada yang mau menolong kasih pekerjaan. Maka sekitar 3 tahun lalu, ketika Dalijo ditaksir Yuniati yang kala itu sudah berusia 36 tahun, langsung saja mau. Sebab calon istrinya itu sudah punya pekerjaan jelas dan mapan.

Jadilah Dalijo diledek teman-temannya sebagai berondong. Ada pula yang menjuluki dia sebagai lelaki pecinta benda purbakala. Sebab ditilik dari usianya Yuniwati
ini katanya termasuk situs atau artevak yang perlu dilindungi. Bagi Dalijo, semua itu
bodo amat. Yang penting dia tak terancam jadi perjaka tua. Bantu kerja istrinya memang enak, dan dia selalu diminta asupan gizinya terjamin sehingga mampu meningkatkan kinerjanya di ranjang malam.

Tapi rupanya Dalijo ini termasuk lelaki yang tak pandai bersyukur di muka bumi.
Sudah punya istri yang gemati (sayang) pada dirinya, kok bisa-bisanya masih melirik
perempuan lain lagi. Uniknya, gendakan baru ini justru lebih tua dari istri di rumah. Bila istrinya baru kelas ibu-ibu, WIL-nya bisa disebut Yangti karena usianya sudah kepala 4. Tapi status sosialnya memang lebih ngangkat, karena dia dokter senior di RS Gunung Kidul.

Demikianlah, demi doinya yang baru, Dalijo mau berpayah-payah di hari-hari tertentu naik mobil Nggayam – Playen yang berjarak ratusan kilometer, lewat Tawangsari, Weru, Ngawen, Nglipar, Watukelir (Karangtengah), Nggading. Capek memang, habis nggeber mobil Sukoharjo – Playen, harus “nggeber” pula bu dokter yang masih STNK tersebut. Untung saja masih muda, sehingga tak bakal kalah sama Mbah Marijan yang rosa-rosa itu.

Bu dokter sebetulnya punya rumah sendiri di Wonosari, sedangkan rumah di Playen rencananya buat praktik swasta. Tapi ketika ketemu berondong Dalijo, rumah itu urung dibuat praktik dokter, melainkan buat praktik mesum. Lebih simpel memang. Kalau praktik dokter harus izin IDI, sedangkan “praktik” bersama Dalijo bebas tanpa
izin-izinan, yang penting mau sama mau.

Tapi sepandai-pandai suami mesum, lama-lama istri tahu juga. Awalnya dia curiga, karena belakangan Dalijo jadi “jarum super” alias jarang di rumah suka pergi. Dicek dispedometer mobil, pertambahan kilometernya cepat sekali. Penasaran dengan semua itu diam-diam membututi pergerakan mobil yang dikemudikan Dalijo. Lho, lho.... kok keluar dari Sukoharjo ke arah barat laut? Tahu-tahu sampai ke Playen Gunung Kidul. Dia lalu cari informasi, siapa pemilik rumah tersebut, ternyata seorang dokter janda yang kerja di RS Gunung Kidul.

Yuniati mulai menganalisa berdasarkan parameter-parameter yang ada. Ini pasti ada tindak perselingkuhan. Maka lain hari lagi ketika Dalijo pamit mau keluar kota, Yuniati sudah siap-siap di tempat. Dan kurang ajar betul memang, hari Jumat siang hari bukannya salat Jumat tapi Dalijo malah cari nikmat.

 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT