ADVERTISEMENT

Geger Rumah Makan Padang Jual Rendang Babi, Pendeta Ini Sebut Bumbu Masak Tak Memiliki Agama

Senin, 13 Juni 2022 14:21 WIB

Share
Pendeta Gilbert Lumoindong menanggapi polemik rumah makan padang di Kelapa Gading, Jakarta Utara, menyediakan menu olahan non-halal atau mengandung babi. (Foto: google)
Pendeta Gilbert Lumoindong menanggapi polemik rumah makan padang di Kelapa Gading, Jakarta Utara, menyediakan menu olahan non-halal atau mengandung babi. (Foto: google)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Pendeta Gilbert Lumoindong menanggapi polemik rumah makan padang di Kelapa Gading, Jakarta Utara, menyediakan menu olahan non-halal atau mengandung babi.

Ia mengaku heran banyak yang mempeributkan soal rumah makan padang itu menyediakan menu rendang babi.

Menurutnya, tak ada masalah dengan makanan yang diolah mengandung babi karena makanan tak ada agamanya. Sebab, yang menjadi masalah kalau ada penipuan di dalamnya.

"Orang Sumbar yang terhormat, jadi kita nggak bisa bilang rendang ini harus dimasaknya begini. Orang mau bikin rendang tempe, orang yang punya rendang siapa, jangan diklaim satu provinsi, satu kelompok agama saja. Bumbu masak nggak ada agamanya, jadi lucu bener rasanya bangsa ini," kata Pendeta Gilbert dalam videonya “Gaduh Rendang Babi” yang dikutip Senin (13/6/2022).

Selain itu, Pendeta Gilbert mengatakan menu rendang babi sebenarnya tidak usah dipermasalahkan. Sebab, yang menjadi masalah jika kuliner itu dipasarkan dengan bahasa makanan padang halal karena babi itu haram atau non halal bagi muslim.

“Maka kalau dipasarkan rendang babi makanan halal, di situ jelas saya tak setuju dong,” katanya.

Ia juga menyinggung soal kuliner di Indonesia yang mengandung atau berbahan dasar dari babi namun dimodifikasi dari bahan lain.

"Tahu nggak saudara, yang namanya bakcang, bakmi, jadi segala sesuatu yang pakai 'bak' itu singkatan dari babi. Makanya di Manado ada mie bak itu artinya mie babi. Bakmi ayam padahal itu bak itu babi awalnya, kemudian dimodifikasi jadi misalnya ada bakmi ayam," katanya.

“Belum lagi nih, orang Sunda kan familiar dengan ayam geprek, terus kalau ada babi geprek dan babi penyet, gimana,” tambahnya.

Menurutnya, modifikasi atau inovasi dalam perpaduan makanan itu hal wajar alias normal saja. Malah itu menunjukkan ada kemajuan budaya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT