MENJELANG Pemilu serentak 2024, para politisi baik yang duduk di kursi legislatif maupun eksekutif mulai sibuk berakrobat. Memoles diri dengan narasi-narasi indah demi mengambil hati rakyat. Jegal menjegal dan membusukkan lawan, setiap hari jadi santapan publik. Gonjing-ganjing politik pun kian panas.
Rakyat kini mulai melek politik. Langkah para politisi dan parpol-parpol yang 'kebelet' ingin berkuasa, menjadi gunjingan publik. Bukan cuma gunjingan, tapi juga umpatan. Mengapa? Karena mereka sibuk memikirkan kepentingan sendiri.
Tahukah mereka bahwa rakyat sekarang sedang kelimpungan akibat harga kebutuhan rumah tangga kini juga sedang berakrobat? Pasti tahu. Karena mereka juga punya kebutuhan rumah tangga. Hanya saja, harga cabe Rp100 ribu, telur ayam Rp35 ribu per kg atau bawang merah Rp50 ribu per kg tidak membuat pundi-pundi mereka kempes.
Tapi bagi masyarakat biasa, akrobat harga sembako yang selalu naik turun, bikin isi dompet terkuras. Ditambah lagi menjelang tahun ajaran baru sekolah, kebutuhan kian meroket. Coba tanya sendiri sama masyarakat. Turun ke bawah. Lihat dan rasakan kesulitan masyarakat.
Masalah naik turun harga bahan kebutuhan pokok, kerap dianggap hanya masalah sepele. Padahal selain menyengsarakan rakyat, anjloknya daya beli masyarakat juga menyumbang besarnya angka inflasi.
Sibuk pencitraan, berlomba bernarasi indah, mengumbar janji muluk-muluk tiap hari disuguhkan oleh mereka-mereka itu ke publik. "Kok kayak berhati batu ya..., gak peduli kesulitan masyarakat," tulis seorang warganet.
Lihat juga video “Sekelompok Pemuda di Al-Azhar Tabrak Polisi Sejauh 5 Meter”. (youtube/poskota tv)
Memang tidak semua pejabat, politisi atau anggota Dewan yang berhati batu. Masih ada yang punya nurani peduli dengan rakyat. Hanya saja, jumlahnya mungkin hanya hitungan jari. (ird@)