ADVERTISEMENT

Dua Kakek Rebutan Gadis ABG, Begitu Hamil Buang Badan

Rabu, 8 Juni 2022 06:30 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Dua Kakek Rebutan Gadis ABG, Begitu Hamil Buang Badan. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Nah Ini Dia: Dua Kakek Rebutan Gadis ABG, Begitu Hamil Buang Badan. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

DUA kakek di Blitar (Jatim) ini bener-bener ora nyebut (tak tahu diri). Mbah Bardi (53) dan Mbah Saryadi (63) tanpa malu bersaing memperebutkan gadis ABG Sutarsih, 16. Ironisnya ketika sang ABG hamil, keduanya saling buang badan. Tapi Mbah Bardi yang malu diolok-olok tetangga, pilih bunuh diri!

Dalam urusan asmara cinta, orang sering jadi nggak ingat umur. Status sudah disebut kakek, tapi melihat perempuan cantik masih mbagusi (sok genit). Kelakuannya jadi mirip Begawan Wisrawa dalam kisah perwayangan, usia sudah kepala 7 tapi tega menggauli Dewi Sukesi yang sedianya untuk dijadikan menantu. Pantesan kakek-kakek usia 80 tahunan suka manggut-manggut tanpa kontrol, ternyata maksudnya: soal seks masih hayo saja.

Mbah Saryadi dan Mbah Bardi warga Kecamatan Selarejo Blitar, ternyata sama dan sebangun. Usia sudah melanjut, tapi urusan perempuan masih maju banget. Padahal di rumah masing-masing ada cucu, tapi tanpa malu bersaing. Mereka memperebutkan ABG Sutarsih anak tetangga, yang memang nampak bahenol, andaikan petis enak dicocol.

Saryadi dan Bardi dengan sadar mencoba memperebutkan cinta Sutarsih. Jika mengacu sistem zonasi, Mbah Bardi memang punya peluang lebih diterima cintanya oleh Sutarsih, karena dia tetangga sebelah rumah. Sedangkan Mbah Saryadi, jarak rumahnya dari rumah Sutarsih masih sekitar 300 meter. Peluangnya lebih kecil, namun demikian Mbah Saryadi tak mau ngalah dan pasrah sumarah. “Sebelum ada janur kuning melengkung, aku takkan menyerah.” Begitu tekad si kakek.

Orangtua Sutarsih sama sekali tak tahu bahwa putrinya menjadi medan persaingan antara dua kakek ini. Bapak sibuk jadi buruh nyetak batako, sedangkan ibunya kerja di Malang, sehingga pulang seminggu sekali. Walhasil Sutarsih punya peluang banyak hanya tinggal sendirian di rumah. Di sinilah Mbah Saryadi dan Mbah Bardi bersaing meningkatkan elektabilitas meski tanpa pasang baliho.

Mbah Bardi mendekati Sutarsih dengan alasan numpang nonton TV, sedangkan Mbah Saryadi baru mendekati Sutarsih ketika Mbah Bardi sudah pergi. Dia sering ke rumah ABG Sutarsih tak pernah dicurigai, karena dia termasuk sesepuh desa. Masak kakek mau main-main sama ABG. Menuduh Mbah Saryadi salah-salah dicap sebagai kriminalisasi sesepuh desa!

Padahal dua-duanya termasuk perayu ulung. Hanya dengan meney politic antara Rp 20.000,- sampai Rp 50.000,- Sutarsih berhasil dinodainya. Begitulah Mbah Saryadi dan Mbah Bardi, mereka saling “mengisi” dan bahu-membahu untuk meraih cinta dan kenikmatannya. Mungkin Mbah Bardi tak sadar bahwa dia sekedar “generasi penerus” Mbah Saryadi. Begitu pula sebaliknya, Mbah Saryadi juga tak ngeh bahwa dia sekedar penerus Mbah Bardi.

Persaingan dua kakek celamitan ini baru terungkap ketika tahu-tahu  Sutarsih dinyatakan hamil 6 bulan oleh bidan setempat. ABG itupun dipanggil, diminta terus terang siapa pelakunya. Ternyata dia menyebut nama mbah Saryadi dan mbah Bardi. “Suruh mereka ke sini, tuwek-tuwek pethakilan (sudah tua masih celamitan).” Omel ayah Sutarsih.

Mbah Bardi dan Mbah Saryadi pun datang. Begitu  mereka tiba, Sutarsih langsung menuding-nuding dua kakek ini dengan kata-kata yang sungguh makjleb, “Aku sampai hamil karena dibuat bancakan dua kakek ini....!” Dua kakek ini langsung blangkemen (tak bisa ngomong), karena faktanya memang demikian.

Tapi ketika diminta ngaku siapa yang jadi “peletak batu pertama”, keduanya saling buang badan, dengan alasan kondisi lapangan memang sudah begitu adanya. Polisi pun segera dilapori. Mbah Bardi yang merasa syok karena diolok-olok keluarga dan tetangga, pilih mati bunuh diri, sedangkan Mbah Saryadi selaku sesepuh desa langsung ditahan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT