SUAMI paling kejam di Madiun (Jatim) mungkin hanyalah Wiyanto, 32. Ketika sahabat karibnya minta dicarikan teman tidur di hotel, lha kok istri sendiri yang diumpankan, mentang-mentang inisiatip justru dari istri sendiri.
Tapi sial, setelah terima jasa Rp 650.000,- dan baru eksekusi di hotel, eh terazia operasi Pekat!
Boleh miskin harta, tapi jangan sampai miskin moral. Namun di era gombalisasi ini, justru jadi terbalik-balik, miskin moral nggak papa, yang penting jangan sampai hidup miskin.
Maka banyak kejadian, orang menjual martabatnya demi martabak. Mentang-mentang ahli jadi tenaga penjual, istri sendiri pun “dijual”-nya, sini dapat uang, teman yang dapat goyang!
Kelakuan Wiyanto warga Taman Kota Madiun, ternyata juga seperti itu kelakuanya. Ketika grafik perekonomiannya ngedrop gara-gara terdampak Corona, dia menjadi kehilangan asa.
Soalnya usaha ini itu tak ada yang sukses, gagal melulu. Ibarat gelandangan politik, setelah terdepak dari partai besutannya, eh bikin partai baru belum diverifikasi KPU sudah banyak pengurusnya yang pada mundur.
Sekarang ekonomi Wiyanto benar-benar seret dan surut. Penghasilan tak menentu, bon-bon di warung masih menumpuk. Sebetulnya pengin juga sih nonton Formula-E di Ancol Jakarta.
Tetapi boro-boro beli tiketnya yang termurah Rp 250.000,- untuk makan sehari-hari saja susah. Hari ini ada beras, tapi lauk pauknya nggak ada. Giliran lauk pauknya ada berasnya tidak punya.
Ketika ekonominya sedang terjun bebas, tiba-tiba sobat lamanya yang baru hidup solo karier alias menduda, WA dirinya bahwa minta tolong dicarikan perempuan buat teman tidur di hotel.
Katanya, sudah lama nggak “ngetap olie” sehingga komplikasi di bagian tertentu pada tubuhnya. “Tolong ya Mas, aku carikan teman. Sekarang, mangsuk angin saja harus kerokan sendiri pakai cermin,” kata Musaid, 29, si sobat lama.
Kasihan juga Wiyanto, gara-gara menduda mangsuk angin saja harus kerokan pakai cermin. Tapi untuk mencari WTS alias pelacur, ke mana harus mencarinya, karena dirinya sangat awam soal begituan. Ketika dia cerita pada istrinya, Trisminah, 26, justru sang istri nyamber penuh semangat.
“Kenapa harus orang lain, saya sendiri juga mau kok Mas, asal bayarannya memadai.” Kata bininya yang bikin Wiyanto stuip mendadak.
Secara moralitas, ini sungguh menyedihkan dan memalukan. Tapi secara realitas, keluarganya memang sangat membutuhkan banyak uang kertas. Maka dengan menafikan soal moral, terpaksa Wiyanto mengumpankan istrinya.
Untung saja sang sobat belum kenal istrinya. Kalau kenal pastilah tidak mau, karena malah bisa bikin macet dia punya onderdil.
Wiyanto lalu mengirim foto istrinya lewat WA, dan ternyata Musaid tertarik, karena secara umum istri Wiyanto ini termasuk cantik dengan bodi sekel nan cemekel. Maka istrinya pun segera di bawa ke sebuah hotel yang terletak di jalan raya Madiun – Ponorogo.
Saking terpesonanya, sebelum eksekusi Musaid langsung memberikan uang tunai Rp 650.000,- pada sahabatnya itu. Yang Rp 500.000,- untuk jasa WTS-nya, yang Rp 150.000,- untuk uang lelah. “Jadi juga nih saya nonton Formula-E di Jakarta,” batin Wiyanto.
Ketika Trisminah masu ke kamar hotel untuk eksekusi, Wiyanto menunggunya di lobi hotel dengan dada bergemuruh. Antara moral dan kebutuhan material terjadi pergulatan. Dia membayangkan, bagaimana istrinya diranjang dikuliti habis-habisan, dan Musaid bahagia luar biasa, karena isinya daging semua Bro!
Tapi sial, baru beberapa menit eksekusi berjalan, tiba-tiba datang serombongan polisi sedang operasi Pekat (Penyakit Masyarakat). Kamar Musaid terazia juga, sehingga bersama praktisi mesum lainnya dibawa ke Polresta Madiun.
Tak ayal lagi Wiyanto yang nunggu di lobi hotel diangkut sekalian. Dalam pemeriksaan Wiyanto mengakui, inisiatip itu datang dari istrinya sendiri. “Jadi ketimbang ke orang lain, wong saya juga punya stok sendiri kok Pak.” Kata Wiyanto bikin polisi geleng-geleng kepala. Sebagai germo amatiran suami Trisminah ini terancam hukuman penjara 3 bulan.
Lumayan, punya uang Rp 650.000,- dapa bonus hotel prodeo! (GTS)