JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Baru-baru ini, aktivis sekaligus pegiat media sosial Nicho Silalahi mengomentari belasungkawa para pejabat atas musibah yang menimpa anak Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz atau Eril.
Akan tetapi, Nicho Silalahi malah berkomentar pedas dengan menyamakan musibah meninggalnya Eril dengan kejadian laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas di KM 50.
Pernyataan ini tampaknya memicu emosi dari salah seorang pegiat media sosial lainnya yakni Eko Kuntadhi. Dia kesal lantaran musibah meninggalnya Eril malah dijadikan bahan politisasi.
Dalam cuitannya, Nicho Silalahi mengataakan ada perbedaan perlakuan ketika anak dari Gubernur Jawa Barat meninggal dunia, dengan kejadian unlawful killing atas sejumlah laskar FPI di KM 50.
Baginya, kematian satu orang anak tokoh politik dianggap seperti bencana kemanusiaan, sementara pembantaian seolah hanya angka statistik.
“Satu orang meninggal itu bencana kemanusiaan tapi giliran rakyat dibantai cuma angka statistik,” ujar Nicho Silalahi lewat akun Twitter @Nicho_Silalahi, dikutip pada Senin (6/6/2022).
“Beginilah watak penguasa saat anak koleganya menjadi korban tapi dia diam saat rakyat dibantai seperti kejadian KM 50 dll,” cuitnya.
Aktivis itu lantas mempersoalkan mengenai aturan salat Gaib untuk Eril yang diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Nicho mempertanyakan mengapa korban pembantaian di KM 50 tidak turut disalatkan juga waktu itu.
“Kenapa kau ga serukan semua Masjid Jakarta Salat Gaib?” ucap Nicho Silalahi.
Ujaran aktivivs itu pun diserang balik oleh Eko Kuntadhi. Dia lantas menyebut Nicho ‘gak punya otak’ dengan menjadikan musibah meninggalnya Eril sebagai bahan politisasi
“Astagah… Orng ini benar-benar gak punya otak. Bahkan musibah yang memilukan pun dipolitisir,” ucap Eko Kuntadhi memberi tamparan kepada Nicho Silalahi soal komentar pada musibah meninggalnya Eril. (firas)