ADVERTISEMENT

Pengamat: Harga Bahan Pangan Diprediksi Akan Terus Naik Hingga Akhir 2022

Sabtu, 4 Juni 2022 17:16 WIB

Share
Bhima Yudhistira. (foto: dok pribadi)
Bhima Yudhistira. (foto: dok pribadi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pengamat, Harga Bahan Pangan, Akan Terus Naik, Hingga Akhir 2022,

Pengamat: Harga Bahan Pangan Diprediksi Akan Terus Naik Hingga Akhir 2022

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan harga bahan pangan diprediksi akan terus naik hingga akhir 2022. Hal itu disebabkan kenaikan biaya produksi hingga disrupsi impor.

"Sampai akhir tahun masih terjadi lonjakan harga pangan. Perang Ukraina-Rusia, kenaikan biaya produksi salah satunya pupuk, kenaikan biaya logistik dan disrupsi impor," kata Bima kepada poskota.co.id, Sabtu (4/6/2022).

Mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) pada Sabtu, (4/6/2022), terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas di antaranya cabai merah besar naik 0,26 persen atau Rp57.350 per kilogram, cabai rawit hijau naik 2,39 persen atau Rp53,650 per kilogram. 

Sedangkan cabai rawit merah naik 3.53 persen atau Rp67,400 per kilogram, daging ayam naik 0,13 persen atau Rp37.250 per kilogram, daging sapi naik 0,4 persen jadi Rp137.850 per kilogram dan telur ayam naik 0,17 persen atau Rp 28.950 per kilogram.

Menurut Bima, salah satu masalah kenaikan harga bahan pangan dipicu oleh kenaikan harga pupuk yang cukup signifikan.

Selain itu, proteksi perdagangan luar negeri seperti India dan Ukraina yang membatasi ekspor sejumlah bahan pangan turut berdampak pada kenaikan harga pangan nasional.

"Sekarang ini yang menjadi problem emang dari produksi pangan itu mengalami kenaikan biaya input produksi dari pupuk, karena pupuk non subsidi, urea kenaikannya memang cukup signifikan bisa lebih dari 180 persen. Jenis pupuk DAP juga mengalami kenaikan cukup signifikan," ucap dia.

"Proteksionisme yang dilakukan oleh banyak negara India dengan gandum dan gula Ukraina dengan gandum yang disusul dengan negara-negara lain yang menjadi sumber penting pangan bagi Indonesia, proteksionisme sangat mengganggu," lanjutnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT