“Dengan catatan Prabowo diminta jadi King Maker. Apalagi keluar pernyataan Prabowo bahwa capres tak harus dirinya, tapi yang lain yang berpengalaman,” tuturnya.
Menurut Adi, Nasdem telihat memiliki hasrat melawan calon presiden yang diusung oleh PDI Perjuangan nanti.
Namun belum tentu juga ada keinginan yang sama dari Gerindra, mengingat hubungan PDI Perjuangan dengan Gerindra sedang mesra. “Apalagi masuknya Gerindra ke koalisi pemerintah saat ini berkat andil besar PDIP,” katanya.
Pengamat politik Wasisto Raharjo Jati juga menilai peluang terbentuknya Nasdem dengan Gerindra pada Pilpres 2024 cukup besar.
Hal itu tak lepas dari posisi Gerindra yang membutuhkan mitra parpol besar lainnya jika PDIP benar-benar akan maju sendirian karena sudah memenuhi Presidential Threshold. “Sangat dimungkinkan terlebih lagi jika Gerindra ingin menominasikan Prabowo, tentu perlu partai parlemen agar bisa mencapai 20 persen suara DPR,” kata dia.
Akan tetapi, Wasisto menilai, posisi Prabowo sebagai calon presiden dari Gerindra sudah harga mati.
Pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Surya Paloh berlangsung di Nasdem Tower pada Rabu kemarin.
Kedua belah pihak menyatakan bahwa mereka sepakat untuk menjaga persatuan bangsa dan negara pada Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang.
Usai pertemuan tersebut, Prabowo sempat menyatakan bahwa calon presiden dari Gerindra tak harus dirinya.
Padahal, sejumlah politikus Gerindra sebelumnya sudah menyatakan bahwa mereka akan kembali mengusung mantan Danjen Kopassus itu.
Hal itu tak lepas dari hasil sejumlah survei yang menyebutkan bahwa elektabilitas mantan menantu Presiden Kedua Indonesia Soeharto itu masih cukup tinggi.
Prabowo Subianto diprediksi akan bersaing ketat dengan dua kandidat lainnya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.