ADVERTISEMENT

Bukan Main! Terkuak Sosok yang Menginspirasi Fahri Fadilah Ngotot jadi Anggota Polri: Dia Jujur, Tegas dan Berani

Jumat, 3 Juni 2022 22:53 WIB

Share
Fahri Fadilah Nur Rizki, calon Bintara Polda Metro Jaya yang dinyatakan gagal karena buta warna masih menyimpan asa menjadi anggota Polri. (foto: poskota/andi adam faturahman)
Fahri Fadilah Nur Rizki, calon Bintara Polda Metro Jaya yang dinyatakan gagal karena buta warna masih menyimpan asa menjadi anggota Polri. (foto: poskota/andi adam faturahman)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Calon siswa Bintara Polri bernama Fahri Fadilah Nur Rizki (21) menyebut bahwa ada sosok yang telah menginspirasinya untuk memiliki cita-cita menjadi anggota Polri.

Fahri Fadilah mengungkapkan, sosok yang telah menginspirasinya itu tak lain adalah seorang polisi yang dikenal karena kejujurannya, yakni mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

"Saya jujur saja pengen jadi anggota Polri itu karena terinspirasi sama Kapolri Jenderal Hoegeng . Soalnya menurut saya, dia sosok yang paling patut untuk ditiru. Dia jujur, tegas, juga berani menentang semua kesalahan yang ada di Institusi Polri," ujar Fahri Fadilah saat ditemui Poskota.co.id di wilayah Kalisari, Jakarta Timur pada Jumat, 3 Juni 2022.

Namun sayang seribu sayang, apa yang menjadi cita-cita sejak masa kanak-kanaknya itu pun harus berakhir sampai di titik ini. Pasalnya, pada tahun ketiganya mendaftar sebagai anggota Bintara Polri, Fahri dinyatakan gagal tak memenuhi syarat (TMS) lantaran didiagnosa memiliki kelainan pada indera penglihatannya.

"Sebenarnya gini, saya tuh ngerasa sakit banget pas lihat omongan di video Kapolda, itu kan bilang nggak ada tes-tes lagi," kata dia.

Dia melanjutkan, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Polda Metro Jaya, selain telah memupuskan harapannya menjadi anggota Polri, juga berdampak pada semakin menipisnya harapan dia untuk dapat melanjutkan pendaftaran di institusi lain.

"Jadi gini, sebenarnya dari Polda sendiri kan pas 2019 bilangnya saya buta warna, nah itu seharusnya nggak boleh kayak gitu, karena setahu saya ada kode etik ya, atau melanggar kode etik lah istilahnya. Nah karena hal itu juga, kecil harapan saya buat diterima di sekolah lain. Kan semua sekarang jadi tahu atau percaya kalau saya ini buta warna," ungkap dia.

Dia memaparkan, seharusnya Polda Metro Jaya bersikap kooperatif dengan tidak asal menyebarluaskan hasil tes kesehatan dirinya kepada publik. Sebab menurutnya, hasil tes-tes dari rumah sakit itu dapat disebarkan dengan seizin pasiennya.

"Dan meski itu saudara pun, harus punya izin dulu. Misalnya kalau kata saya boleh ya boleh, kata enggak ya enggak. Di sini saya gak dapat tuh kayak yang form persetujuan hasil tes medis saya itu boleh disebarkan atau enggak, itu saya nggak dapat sama sekali," papar Fahri.

"Itu yang buat saya sangat sedih, saya ngerasa dari pihak Polda sudah membuat masa depan saya nggak lagi indah karena pernyataan tersebut," sambungnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT