ADVERTISEMENT

Asyik Kencani Bini Tetangga, Ketahuan karena Bau Rokok

Senin, 23 Mei 2022 06:33 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Asyik Kencani Bini Tetangga, Ketahuan karena Bau Rokok. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Nah Ini Dia: Asyik Kencani Bini Tetangga, Ketahuan karena Bau Rokok. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JIKA malam itu Harun (40) tidak merokok, niscaya aksi mesumnya bersama Teti (35) istri tetangganya, takkan ketahuan. Tapi begitulah, karena bagi Harun rokok dan bini orang itu sama nikmatnya, dia nekad klepas-klepus merokok seusai kencan. Bau asap rokok tercium oleh mertua Teti, terbongkarla skandal ini.

Kata Kemenkes lewat bungkus rokok, mengisap rokok itu bisa menimbulkan gangguan jantung. Ternyata lebih dari itu dampaknya. Bisa menimbulkan gangguan kantong, bisa juga mengancam keberlangsungan sebuah rumahtangga. Kok bisa? Ya bisa saja, karena mengencani bini tetangga sambil mengisap rokok. Gara-gara bau asap rokok, aksi mesum itu jadi ketahuan. Suami yang marah bergegas menceraikan istrinya. Masuk akal kan?

Dan ini dialami sendiri oleh Harun warga Pringgarata, Lombok Tengah, NTB. Dia jadi biangkerok rusaknya rumahtangga Teti Junaidi, 45, yang notabene masih tetangga sendiri. Adab bertetangga itu mustinya tolong-menolong, lha kok dia malah menolong jadi selimut Teti karena tiap malah kedinginan, lantaran suami jauh merantau di Kaltim.

Sudah setahun lebih Junaidi bekerja di Kaltim. Apa dia ditugaskan Presiden Jokowi ke sana untuk persiapan IKN? Ya enggaklah! Memangnya Junaidi ini siapa? Politisi mitra koalisi bukan, birokrat sama sekali juga tidak. Dia bekerja di perusahaan kayu lapis alias pabrik triplek. Dia baru bisa pulang ketemu bini 6 bulan sekali. Itu pun ribet sekali, karena harus test swab atau PCR, namanya juga masih pandemi Covid-19.

Kebetulan tetangga Teti ini tinggal seorang pengamat. Pengamat ekonomi seperti Faisal Basri, atau pengamat politik macam M. Qodari? Semuanya bukan, karena sosok yang bernama Harun ini cuma pengamat bini orang. Maksudnya, dia tahu siapa saja di kampungnya yang berbini cantik dan masih muda.

Nah, kebetulan Teti bini Junaidi ini lumayan cantik. Sungguh tidak betah Harun melihat aset nganggur. Maka ketimbang mangkrak tak dimanfaatkan macam Candi Hambalang di Bogor, diam-diam Harun mencoba mendekati Teti. Awalnya sekedar ngobrol di teras rumah, dan siang hari. Ternyata Teti merespon dengan baik, sehingga obrolan mengalir begitu, seperti air mau masuk sumur resapan di DKI Jakarta.

Harun mencoba mengubah pertemuan di malam hari, ternyata Teti tetap memberikan karpet merah untuk kedatangan Harun di malam hari. Kembali mereka ngobrol ngalor ngidul. Sekali waktu, pettt.........Harun sengaja tak menampakkan batang hidungnya selama 2 minggu. Ternyata Teti merasa kehilangan, buktinya ketika ketemu lagi di sebuah gang, bini Junaidi ini langsung nyeletuk, Kok ngilang begitu lama, kayak Harun Masiku PDIP saja.....!

Yakin jebakan mautnya mengena, Harun mulai berani ke rumah Teti jam 22:00, padahal itu jelas bukan saatnya bertamu. Tujuannya memang bukan untuk itu. Soalnya begitu pintu dibuka, langsung Harun diajak masuk kamar dan kemudian .....begituan sebagaimana layaknya suami istri. Teti yang sudah lama kehausan tak ketemu lelaki, melayani Harun dengan gegap gempita sambil merem melek!

Sejak itu, asal situasinya memungkinkan, Harun pasti merapat ke rumah Teti, di kala anak-anaknya sudah tidur. Rumah mertuanya ada di sebelah, tapi jam-jam itu pastilah sudah tidur juga, sehingga Teti-Harun makin leluasa menggeber syahwat. Bener-bener Teti diperlakukan seperti bini sendiri.

Tapi masa sial itu datang juga. Tengah malam sekitar pukul 24:00 ibu mertua Teti keluar rumah. Tiba-tiba dia mencium bau asap rokok di rumah menantunya. Dia lalu menyuruh anaknya yang masih ABG, untuk memantau. Ternyata benar, di rumah ada Harun tetangganya. Langsung saja Harun dilaporkan ke Pak RT dan digerebek.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT