JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Presiden Korea Utara, Kim Jong-Un, mengumumkan wabah COVID-19 melanda negaranya pekan lalu. Ia memerintahkan jajaran pemerintahannya untuk belajar dari keberhasilan China memerangi virus tersebut.
China telah menerapkan lockdown, pengujian massal, dan vaksinasi untuk menjaga agar kasus COVID-19 tetap rendah selama pandemi.
Tetapi, para ahli kesehatan luar mengatakan upaya ini dapat menyebabkan kekurangan pangan dan ekonomi nasional akan terganggu.
Sebab, Korea Utara tidak dapat memberi makan rakyatnya sendiri di saat-saat penting ini. Mereka tidak memiliki persediaan makanan, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Pemerintah China saat lockdown ketat yang diberlakukan di kota-kota seperti Wuhan, Xi'an dan Shanghai.
Terlebih, Korea Utara juga belum melaksanakan vaksinasi, sehingga orang tidak memiliki kekebalan terhadap virus.
Sebelum terjadinya pandemi, tepatnya pada pertengahan 1990-an, sekitar dua juta warga Korea Utara tewas karena kelaparan. Negara ini sangat terisolasi sehingga dunia luar tidak tahu tentang kelaparanyang terjadi di sana.
Hingga akhirnya, hal tersebut berhasil diketahui, sebab jasad warga yang kelaparan itu mulai terdampar di sepanjang sungai dangkal di perbatasannya dengan China.
Ngeri! Banjir Bandang Tiba-tiba Datang Saat Orang ini Sedang Buang Hajat di Pinggir Kali
Saat ini pasien baru, yang dicurigai terkena COVID-19 di Korea Utara diperkirakan berjumlah ratusan ribu per harinya.
Angka ini melonjak tajam jika dibandingkan dengan jumlah kasus, pada Kamis minggu lalu, yang hanya berkisar 18.000 kasus.
Adapun angka kasus COVID-19 ini didapatkan dari warga yang demam tanpa diukur dengan tes PCR atau Antigen. (Dwi Aprilia)